indoposnews.co.id – SOAL IDI PWI menarik sahabat di Los Angeles, Amerika Serikat (AS) untuk ikut berbagi cerita: drg Irawan. Saya pernah tidur di rumahnya. Diajak pula keliling Los Angeles, makan mie. Ia penerbit Indonesia Media, majalah berbahasa Indonesia untuk orang asal Indonesia di AS. Inilah catatan sahabat Disway di AS itu: Kami ada organisasi American Dental Association (ADA) untuk tingkat federal, dan California Dental Association (CDA).
Keanggotaanya tentu saja berbayar sekitar USD1.500 per tahun. Di samping itu, ada lagi San Gabriel Dental Society, tingkat lokal. Tapi kami tidak diwajibkan untuk ikut organisasi begituan. Betul dulu saya member, tapi karena harus bayar sampai USD1.500-2.000 lama-lama malas juga. Mending buat cukongin Tokoh Dahlan makan bakmi di Resto Minh Nghia. Benefit dari organisasi gituan, setahun sekali ada Dental Convention dengan seminar continuing education credit gratis.
Dana itu juga untuk membiayai para pemimpin untuk lobi-lobi peraturan di Kongres yang berkaitan dengan profesi dentist. Saya potong dulu. Izin praktik dentist dikeluarkan oleh California Dental Board Licensing. Yang berkantor di pemerintah negara bagian California di Sacramento. Jadi bukan atas rekomendasi organisasi dokter gigi. Jadi dalam hal ini, Budi Gunadi Sadikin c/q Jokowi sudah betul. Kita bayar lisensi itu sekitar USD750 per 2 tahun.
Baca juga: Karma IDI
Betul untuk perpanjangan license kita harus memenuhi 50 jam continuing education credit. Kita boleh ikut CDA dan bayar USD1.500-2.000 per tahun, atau beli ketengan di seminar-seminar lainnya. Atau masih banyak seminar lain gratis, berikut dikasih makan. Tentu saja saya memilih hemat itu pangkal kaya. Para pemberi seminar gratis umumnya para spesialis. Mereka mengharapkan kita bisa merujuk pasien-pasien kami kalau perlu rujukan ke spesialis. Never a free lunch.
Bagaimana kalau pasien mau melaporkan tindakan unprofessional dari dokter? Gampang, gugat saja ke pengadilan. Bisa dapat duit. Atau bisa lapor kepada Dental Board Licensing. Izin dokter bisa ditangguhkan atau dicabut bila terbukti. Jadi alasan IDI dan pendukungnya takut kehilangan senjata untuk melindungi masyarakat, itu hanya omong kosong. Malah terkesan menghambat pelayanan kesehatan. Sebenarnya pembubaran IDI (baca MUI dokter) seharusnya sudah lama harus terjadi.
Karena lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya. Saya mencurigai jangan-jangan IDI disponsori Singapura, dan Malaysia. Guna mempersulit pasien Indonesia, dan akhirnya pada pergi ke Penang atau Singapore untuk memboroskan devisa. Sebenarnya saya punya cerita sukses tentang pelayanan kesehatan dialami oleh relatif saya. Tapi apakah dia mau di-exposed atau tidak saya tidak tahu. Biasalah kalau orang Tionghoa selalu ditekan.
Baca juga: Jenderal Rambut Putih
Makin ditekan ternyata makin menjulang, dan akhirnya malah menjadi sandaran kolega-koleganya memberi layanan kesehatan significant terhadap dunia kesehatan Indonesia. Jangan lupa rumah saya selalu terbuka untuk Tokoh beristirahat kalau kebetulan mampir di LA. Saya baru saja mendaftar ikut seminar, dan konvensi dentistry kedokteran gigi di LA. Program ini diselenggarakan LA Dental Meeting. Di Hotel Hilton Pasadena. Dua hari di September.
Ada 4 kali seminar akan saya ikuti, keseluruhan seminar mungkin 20-an. Pasalnya, saya hanya bisa ikut 4, karena badan saya hanya satu. Tidak bisa saya hadir di 5 ruangan seminar secara simultan. Seminar mulai pukul 8.30-16.30. Ada break selama 2 jam buat makan siang, dan lihat pameran produk dan peralatan dentistry. Coba terka berapa biaya harus saya bayar? Untuk lunch dibanderol USD77, all you can eat, dan gala dinner pada malam akhir convention USD150. Ada dansa, dan live band.
Baca juga: Mobil Listrik Madura
Seminar ada berbayar. Satu seminar USD150, dan workshop USD200. Tapi ada juga gratis. Tentu saya pilih gratisan. Jadi total saya hanya bayar USD0. Paling-paling saya parkir mobil harus bayar. Saya tidak usah makan siang karena saya mau nonton pameran, dan belanja produk-produk saya perlukan. Biasanya harga sale. Lagi pula saya lagi menjalani OMAD (One meal a day). Ini karena saya terinspirasi Fadli Zon, yang selalu nyinyir mau nurunin Jokowi.
Tapi ternyata yang berhasil diturunkan berat badannya. So far berat badan saya sudah turun 24 pounds. Tentu masih kalah oleh Fadli Zon yang turun 32 kg. Jangan takut kalau pihak penyelenggara convention bakal bangkrut kalau semua pesertanya kikir seperti saya. Mereka mendapatkan dana dari stan pameran dan jualan di sana. Jadi tidak ikutan member CDA juga “ndhak pateken”, (pinjam istilah Pak Harto). (Dahlan Iskan)