indoposnews.co.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyudahi perdagangan kemarin tekor 0,58 persen menjadi 6.636,46. Itu setelah investor merespons kekhawatiran inflasi global makin kuat. Selain itu, didorong kemunculan spekulasi percepatan pengetatan kebijakan moneter The Fed pada akhir November 2021.
Di mana, spekulasi sebelumnya kebijakan kenaikan bunga di Amerika Serikat (AS0 akan dilakukan pada 2022. Itu memicu para investor melakukan aksi taking profit. Khususnya investor asing membukukan net sell di pasar regular Rp447 miliar. Aksi taking profit itu, dilakukan pada saham-saham bank besar, dan sentiment PPKM level 3 akhir tahun.
Baca juga: Mengekor Dow Jones, Gerak IHSG Relatif Stagnan
Sektor mengalami pelemahan perdagangan kemarin yaitu sektor finansial minus 0,93 persen, infrastruktur turun 0,82 persen, properti, dan real estate susut 0,69 persen. Kemudian investor asing membukukan net sell seluruh market Rp419,41 miliar, dengan saham paling banyak di distribusi asing BBCA, BBRI, ISAT, BBNI, ANTM.
Secara teknikal, Indeks pada perdagangan kemarin menembus ke bawah MA 5. Itu menjadi sinyal penurunan Indeks untuk jangka pendek. Didukung indikator Stochastic mengalami dead cross, dan mendekati area overbuy dengan peluang mengalami koreksi wajar.
Baca juga: Pasar Semringah, Serbu Saham Sumber Alfaria Trijaya
Sepanjang perdagangan hari ini, Jumat (19/11), indeks akan menguji MA 20 atau 6.616. Kalau indeks hari ini menembus ke bawah MA 20, support terdekat selanjutnya 6.598 dengan level resistance terdekat 6.679. ”Secara teknikal kami merekomendasikan saham JPFA, PTPP, ESSA, dan ADHI,” tutur Lukman Hakim, Equity Analyst Reliance Sekuritas.
Sementara itu, bursa Asia pagi hari ini, indeks Nikkei dibuka menguat 0,14 persen. Lonjakan indeks Nikkei kemungkinan tidak dengan kekuatan penuh karena investor akan merespon inflasi, dan kenaikan suku bunga. (abg)