Indoposonline.net – Edukasi gizi bagi calon ibu di indonesia masih minim. Edukasi tersebut sejatinya dilakukan sejak remaja, sehingga masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama bisa teratasi dengan baik.
Hal tersebut dikemukakan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Jawa Timur Arumi Bachsin. “Momen yang paling tepat adalah ketika remaja, sehingga mereka siap untuk menjadi ibu,” kata Arumi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (10/4).
Penyumbang terbesar stunting adalah tingginya pernikahan di usia anak (dini) Penyebabnya adalah kemiskinan, putus sekolah, kurangnya pendidikan baik formal maupun non formal.
Baca juga : Resiko Diet Ekstrem Bagi Kesehatan
“Terkait kental manis menjadi salah satu faktor penyebab stunting, kita harus kedepankan fakta dan disampaikan dengan gamblang. Orang tua dalam hal ini ayah dan ibu harus bekerja sama menjaga anak dan mendidik orang tua (nenek) untuk tidak memberi kental manis kepada anak,” kata Arumi dalam webinar yang diselenggarakan PP Muslimat NU, Jumat (9/4).
Dalam kesempatan sama, dokter Spesialis Gizi Klinis UI, Fiastuti Witjaksono mengatakan karakteristik perilaku konsumsi masyarakat Indonesia adalah senang makan manis, asin dan mengandung lemak. Ia memaparkan asupan lemak rata-rata orang Indonesia memang hanya 32 persen, tidak lebih tinggi dibanding negara lain.
Baca juga : Diseleksi Ketat, Indonesia’s Next Top Model Lewati Tes Kesehatan
Namun, lanjut dia, asupan lemak jenuhnya 2 kali lipat dari negara lain dan ini adalah sumber dari segala penyakit. Pada remaja, perilaku konsumsi yang tidak seimbang tersebut terlihat lebih jelas.
“Kita perlu fokus pada remaja karena saat ketidaktepatan nutrisi akan memengaruhi status gizi dan kesehatan generasi yang akan datang. Bila remaja melakukan diet yang salah akan berakibat gangguan pertumbuhan dan bila dietnya salah, akan menjadi remaja yang pendek dan akan melahirkan bayi-bayi yang stunting,” katanya. (mid)