Indoposonline.NET – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih betah menghuni zona merah. Itu terjadi setelah Indeks gagal break out resisten level 6.150. Sejatinya, indikator stochastic, dan RSI masih dalam momentum bullish. Dengan catatan, Indeks bisa bertahan di kisaran 6.100, dan Moving Average 5 hari di posisi 6.071.
Lanjar Nafi, Equity Technical Analyst Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia, menyebut selanjutnya meski cukup berat, Indeks berpotensi menguji support level 6.100-6071 untuk konfirmasi arah berikutnya. Artinya, sepanjang perdagangan hari ini, Senin (26/7) Indeks diprediksi bergerak terkonsolidasi tertekan pada support 6.071, dan resisten 6.150.
Baca juga: Awal Agustus, Wika Gedung Operasikan RS Covid-19 Tanjung Duren
Saham-saham laik beli secara teknikal antara lain Astra Agro Lestari (AALI), Aneka Tambang (ANTM), Gudang Garam (GGRM), Matahari Department Store (LPPF), Chandra Asri (TPIA), Aneka Gas dan Industri (AGII), AKR Corporindo (AKRA), dan Salim Ivomas Pratama (SIMP).
Akhir pekan lalu, Indeks minus 0,58 persen atau 35,86 poin ke level 6.101,69. Saham-saham berkapitalisasi besar kompak memerah. BBCA tekor 1,9 persen, TLKM minus 2,8 persen, UNVR turun 4,5 persen, CPIN anjlok 3,5 persen, dan BBRI menukik 0,8 persen menjadi laggar penekan Indeks. Sektor barang konsumsi primer turun 1,82 persen memimpin pelemahan disusul sektor Industri 1,00 persen, dan infrastruktur turun 0,86 persen.
Baca juga: BI Koreksi Pertumbuhan Kredit Menjadi 4-6 Persen
Trigger negatif dari perkembangan kasus Covid-19 Indonesia menjadikan Indonesia sebagai episentrum ledakan coronavirus di Asia. Perpanjangan PPKM darurat seminggu ke depan juga menyita perhatian investor terhadap potensi kepercayaan bisnis mulai menurunkan.
Sementara itu, ekuitas berjangka Jepang, dan Australia naik. Sedang Hong Kong turun saat investor melihat eksposur ke raksasa internet China menjadi tolak ukur sektor teknologi utama dengan kinerja buruk. Bursa Asia diperkirakan dibuka bervariasi karena investor menimbang penguatan ekuitas di Wall Street akhir pekan lalu didorong pendapatan perusahaan, tindakan keras pemerintah terhadap sektor teknologi Tiongkok.
Baca juga: Wall Street Meroket, Dow Jones Sundul 35 Ribu
Lalu, aksi tunggu risalah pertemuan the Fed akan datang. Harga komoditas mayoritas menanjak. Harga minyak naik 0,22 persen, Timah melesat 0,93 persen, dan nikel melesat 3,22 persen. Nah, dari dalam negeri investor mencerna dampak perpanjangan PPKM darurat. (abg)