Indoposonline.NET – PT Multipolar (MLPL) masih menderita kerugian. Sepanjang 2020, rugi tahun berjalan turun 4,99 persen menjadi Rp989,5 miliar dari periode sama 2019 dengan koleksi rugi senilai Rp1,04 triliun.
Penyusutan kerugian itu, menunjukkan kondisi perusahaan membaik dibanding tahun sebelumnya. Itu tersebab utama usaha perusahaan dalam mengantisipasi risiko bisnis. ”Salah satunya sukses menekan biaya operasional,” tutur Presiden Direktur Multipolar Adrian Suherman, pada laporan keuangan tahun 2020.
Baca juga: Rayu Kreditur, Garuda Indonesia Tawarkan Formulasi Ini
Begitu juga dengan laba bruto turun ke level Rp2,03 triliun. Padahal, periode sama 2019 bertengger di kisaran Rp2,44 triliun. Koreksi laba kotor itu, dampak penurunan penjualan bersih 16,60 persen. Tahun lalu, Multipolar mencatat penjualan bersih Rp10.28 triliun, menukik dibanding edisi 2019 sejumlah Rp12,32 triliun.
Penjualan bersih meliputi tiga bagian. Penjualan terbesar eceran dan distribusi Rp7,03 triliun. Angka itu, menurun cukup signifikan dibanding periode sama 2019 di kisaran Rp9,07 triliun. Selain itu, Multipolar juga mendapat penjualan Rp2,65 triliun dari bisnis teknologi informasi, naik tipis dari periode sama 2019 sejumlah Rp2,41 triliun. Lalu, penjualan dari administrasi saham, dan lain-lain tercatat Rp594,34 miliar. Itu mengalami koreksi dari tahun 2019 sejumlah Rp837,80 miliar.
Baca juga: Hary Tanoe Anut Value Investing, Ini Kata Lo Kheng Hong
Penyebab utama koreksi penjualan yaitu perosotan penjualan bersih anak usaha yaitu PT Matahari Putra Prima (MPPA). Maklum, Matahari menjadi kontributor terbesar penjualan Multipolar. Itu efek daya beli masyarakat turun terdampak pandemi Covid-19, dan pembatasan jam kerja operasional gerai Matahari.
Sisi Aset, Multipolar mencatat RpRp15,68 triliun, naik dari periode sama 2019 dengan aset senilai Rp15,28 triliun. Lompatan itu, menyusul lonjakan liabilitas perseroan cukup signifikan menjadi Rp11,72 triliun dari periode sama 2019 di kisaran Rp9,67 triliun. Ekuitas terakumulasi Rp3,96 triliun, turun dari edisi sama 2019 di level Rp5,62 triliun. (abg)