Kemudian Oktober-November 2017, tim peneliti kembali ke lokasi tersebut dengan peralatan dan logistik yang lebih baik, dan selama 22 hari pada ketinggian 1200 mdpl itu, mereka berhasil menangkap tiga individu lagi.
Jenis baru burung itu dimasukkan dalam genus Melanocharis karena memiliki bentuk yang khas dengan paruh yang kokoh berwarna hitam, badan bagian atas berwarna biru-hitam yang sangat kontras dengan bagian bawah yang berwarna lebih terang. Bagian bawah yang berwarna putih satin dengan sedikit warna kuning lemon merupakan ciri khas yang sangat membedakan dengan jenis lain dalam genus yang sama.
Secara umum, burung buah itu memiliki ciri-ciri paruh dan kaki berwarna hitam, iris mata coklat tua. Warna bulu pada punggung dan pantat berwarna biru hitam. Tenggorokan, dada dan perut berwarna putih satin dengan sedikit warna kuning lemon, dan berwarna sedikit lebih ringan pada bagian sampingnya. Bulu pada bagian bawah sayap berwarna putih. Bagian malar atau sisi samping dari tenggorokan memisahkan warna biru hitam pada muka dengan tenggorokan yang putih.
Bulu sayap hitam dengan warna putih pada bagian tepi dalam dari bulu primer dan sekundernya. Bulu ekor berwarna biru hitam keseluruhan, kecuali bagian tepi dari bulu ekor terluar yang berwarna putih.
Burungbuah Satin itu berukuran kecil dengan panjang sayap 62 mm, panjang tarsus 19.4 mm, panjang ekor 49.5 mm, panjang paruh dari dasar tengkorak kepala 11.2 mm, panjang paruh dari ujung lubang hidung 7.3 mm, lebar paruh pada ujung lubang hidung 4.1 mm dan tinggi paruh di ujung lubang hidung 3.5 mm.
Secara umum Berrypecker atau Burungbuah merupakan burung pemakan buah beri dan buah-buahan kecil lainnya, sehingga menjadikannya burung pemencar biji. Burung itu aktif di bawah kanopi hutan, dari lantai hutan sampai ketinggian dua meter. Keberadaannya menjadi penting bagi pemencaran biji keseluruh hutan.
Akan tetapi, perjumpaan Burungbuah Satin tersebut masih sangat sedikit di hutan, sehingga perilakunya masih belum diketahui secara pasti. Hal itu memungkinkan adanya penelitian lanjutan dari burung tersebut.
“Dengan lokasi yang unik seperti kawasan Karst Lengguru itu, menjadikan burung ini menjadi penting untuk dikaji lebih jauh,” ujar Hidayat. (rim)