Indoposonline.NET – Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih sangat terbatas. So, sepanjang perdagangan hari ini, Kamis (12/8) indeks masih melemah. Paling banter Indeks menguji support bullish trend jangka menengah di kisaran MA50 level 6.057 sebagai konfirmasi mempertahankan posisi di atas level psikologis 6.000.
Sebetulnya, Indeks menurut Lanjar Nafi, Equity Technical Analyst Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia break out moving average 20 hari, dan mampu bertahan pada moving average 50 hari secara teknikal. Momentum bearish terbentuk pascadead-cross pada area oversold indikator stochastic dengan pelemahan pergerakan histogram mengonfirmasi cross over negatif pada indikator MACD.
Baca juga: Samsung Lucurkan Galaxy Z Fold 3 dan Galaxy Z Flip 3
Kondisi itu, akan menjadi indikasi pelemahan lanjutan. Dengan begitu, secara teknikal berpotensi kembali tertekan dengan berayun pada area support 6051, dan resisten 6135. Sejumlah saham laik koleksi antara lain saham Adaro Energi (ADRO), Aneka Gas Industri (AGII), AKR Corporindo (AKRA), Aneka Tambang (ANTM), CIMB Niaga (BNGA), Surya Eka Perkasa (ESSA), Vale Indonesia (INCO), London Sumatera Plantation (LSIP), Timah (TINS), Sarana Menara Nusantara (TOWR), dan United Tractors (UNTR).
Menyudahi perdagangan Selasa (10/8), Indeks minus 0,64 persen atau 39,05 poin ke level 6.088,41. Saham EMTK, BUKA, BRIS, BRPT, dan BBRI berbalik terkoreksi menjelang libur menjadi penekan pergerakan Indeks. Indeks sektor teknologi tekor 3,51 persen, Infrastruktur anjlok 1,13 persen, dan transportasi menukik 1,14 persen memimpin koreksi indeks sektoral.
Baca juga: Calon Penumpang Bus AKAP Wajib Vaksin
Investor mendapat trigger negatif dari perpanjangan PPKM, data indeks keyakinan konsumen Juli turun cukup signifikan, dan penjualan eceran tumbuh melambat jauh dari ekspektasi. Data indeks keyakinan konsumen menjadi 80,2 dari 107,4, dan penjualan eceran tumbuh melambat menjadi 2,5 persen dari 14,7 persen.
Sementara itu, bursa Asia berpotensi menguat moderate hari ini, setelah ekuitas Amerika Serikat (AS), dan treasuri naik di Wall Street semalam. Tanda-tanda inflasi melambat akan mengurangi kekhawatiran tentang pengurangan stimulus oleh Federal Reserve (The Fed) menjadi faktor utama.
Baca juga: Industri Jamu Tergerus Kopi
Tingkat inflasi AS melambat Juli akan mendorong Presiden Joe Biden untuk mendukung Demokrat terus mengeluarkan stimulus USD3,5 triliun. Investor Asia masih fokus pada tindakan keras Tiongkok terhadap perusahaan swasta. Iitu setelah PBOC meningkatkan pengawasan perbankan, perusahaan asuransi, dan menyerukan memangkas suku bunga karena wabah virus corona baru mengancam pemulihan ekonomi.
Investor terus mengevaluasi implikasi kemungkinan pengumuman pengurangan stimulus The Fed dalam beberapa bulan ke depan, penyebaran varian delta dari virus corona, dan tindakan keras China. (abg)