indoposnews.co.id – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) sepanjang semester pertama 2022 mengantongi mandat pemeringkatan obligasi korporasi sejumlah Rp64,65 triliun. Jumlah itu merosot 14,46 persen dari periode sama tahun lalu dengan mandat Rp75,58 triliun.
Mandat itu, didominasi perusahaan perbankan. Setidaknya, ada 4 perusahaan perbankan akan menerbitkan obligasi Rp9,14 triliun. Lalu, 4 perusahaan induk dengan nilai penerbitan Rp4 triliun. Industri pembiayaan ada 3 perusahaan merancang obligasi Rp6,9 triliun.
Baca juga: Animo Masyarakat Tinggi, Catur Sentosa Remodelling Mitra10 Batam
Selanjutnya, tiga perusahaan sektor industri bubur kertas dan tisu agresif akan mencatat obligasi Rp5,8 triliun. Penerbitan obligasi korporasi nanti akan dipengaruhi sentimen kenaikan suku bunga The Fed, dan Bank Indonesia (BI). ”Kondisi itu akan sangat memengaruhi besaran kupon,” tutur Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra, Jumat (8/7).
Sementara itu, realisasi penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp69,7 triliun. Total penerbitan obligasi korporasi Rp107,5 triliun, naik 20 persen dari periode sama 2020 sejumlah Rp89,6 triliun. Kalau pipeline obligasi Rp64,65 triliun terwujud pada semester II-2022, jumlah penerbitan obligasi korporasi pada 2022 akan melampaui realisasi pada 2021.
Baca juga: Absen Dividen, Citra Marga Nusaphala Rombak Jajaran Pengurus
Dari realisasi penerbitan obligasi korporasi semester I-2022 senilai Rp69,7 triliun, sektor non-keuangan mendominasi 53,3 persen, dan institusi keuangan 46,7 persen. Itu melanjutkan tren tahun sebelumnya. Perosotan penerbitan obligasi korporasi institusi keuangan akibat bisnis pembiayaan, dan kredit belum pulih 100 persen.
Tidak disangkal bank memiliki likuiditas melimpah, sedang lembaga pembiayaan memilih pendanaan melalui kas internal atau kredit bank. Permintaan pembiayaan, dan kredit belum pulih 100 persen, membuat porsi obligasi korporasi institusi keuangan berkurang. Perusahaan swasta lebih agresif menawarkan surat utang pada semester I-2022 senilai Rp44,2 triliun, dibanding perusahaan negara sejumlah Rp28,6 triliun.
Baca juga: Lagi, Paraga Borong 13,56 Juta Saham Bumi Serpong Damai Rp12,39 Miliar
Di sisi lain, sepanjang semester pertama 2022 Pefindo mencatat obligasi terhutang atau outstanding bond mencapai Rp464,9 triliun. Jumlah itu menjulang 1,4 persen dari periode sama tahun lalu Rp458,6 triliun. Korporasi BUMN mendominasi Rp261,7 triliun atau 52,3 persen dari total outstanding obligasi.
Jumlah outstanding obligasi terus meningkat. Periode 2020 senilai Rp456 triliun, pada 2021 sejumlah Rp458,6 triliun, dan semester I-2022 sebesar Rp464,9 triliun. Kalau dibanding negara tetang, outstanding bond Indonesia cenderung lebih rendah. Per Maret 2022, outstanding bond Indonesia mencapai USD31,3 miliar, jauh di bawah Thailand USD120,8 miliar, dan Malaysia USD187,7 miliar, tetapi di atas Filipina USD29,3 miliar.
Baca juga: Sejumlah Pentolan Borong 4,07 Juta Saham Saratoga Rp9,9 Miliar
Peluang obligasi korporasi Indonesia untuk bertumbuh masih sangat besar menilik besaran nilai pertumbuhan ekonomi dibanding negara-negara tetangga. Semester I-2022, total outstanding grup BUMN mencapai Rp261,7 triliun atau 52,3 persen dari total obligasi, turun dari Rp289,8 triliun atau 58,7 persen pada 2021, dan Rp299 triliun atau 58,7 persen pada 2020.
Outstanding obligasi BUMN berkurang, karena tahun-tahun sebelumnya banyak menerbitkan obligasi terutama untuk proyek infrastruktur. ”Obligasi korporasi bertenor panjang lebih ideal karena fleksibilitas pembayaran. Oleh karena itu, nilai outstanding akan terus meningkat, dan meramaikan pasar obligasi,” tegas Salyadi. (abg)