indoposnews.co.id – Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) sepanjang 2024 mencatat total penerbitan surat utang korporasi Rp149,7 triliun. Itu terdiri dari penerbitan obligasi korporasi dan sukuk Rp147,7 triliun. Melejit 15,84 persen dari episode akhir 2023 sebesar Rp127,5 triliun.
Lalu, penerbitan Medium Term Notes (MTN) sebesar Rp1,5 triliun, atau turun dibanding periode sama 2023 sebesar Rp2,4 triliun. Kemudian, penerbitan efek utang lainnya (perpetual, Surat Berharga Komersial (SBK), dan sekuritisasi) sebesar Rp500 miliar, mengalami koreksi dari akhir 2023 senilai Rp900 miliar.
Baca juga: Skandal Bank Mayapada, Aset Ted Sioeng Melayang
Multifinance menjadi sektor paling besar menerbitkan surat utang yaitu Rp30,9 triliun. Itu dengan rincian, penerbitan obligasi Rp29,5 triliun, dan sukuk Rp1,4 triliun. Disusul, pulp and paper dengan menerbitkan surat utang Rp27,1 triliun. Meliputi penerbitan obligasi Rp21,6 triliun, dan sukuk Rp5,5 triliun.
Urutan ketiga sektor lembaga keuangan khusus menerbitkan surat utang Rp15,9 triliun. Itu dengan rincian obligasi Rp15 triliun, dan sukuk Rp900 miliar. Keempat sektor perusahaan induk menerbitkan surat utang Rp15,9 triliun, dengan rincian obligasi Rp12,9 triliun, dan sukuk Rp3 triliun.
Berikutnya, kelima, sektor pertambangan menerbitkan surat utang Rp14,9 triliun, dengan rincian obligasi Rp10,5 triliun, sukuk Rp4,2 triliun, dan SBK Rp200 miliar. ”Sepanjang 2024, kami mencatat penerbitan surat utang korporasi Rp149,7 triliun,” tutur Ekonom Pefindo Suhindarto, dalam media forum, di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2025. (abg)