indoposnews.co.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi positif hingga pengujung tahun ini. Itu berkat dukungan faktor makroekonomi terutama data manufaktur setelah ada potensi koreksi wajar. Merespons tapering Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) pada akhir November, dan penguatan beruntun 5 bulan terakhir.
”Kami optimistis Indeks dapat menguat setelah potensi ada koreksi wajar tersebab penguatan beruntun indeks sejak Juli,” tutur Martha Christina, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas.
Hingga akhir tahun, Martha dan Tim Investment Information memprediksi Indeks masih dapat menguat menjadi 6.880 tetapi di sisi lain masih memiliki potensi koreksi hingga 6.570 dalam waktu dekat dengan prediksi pergerakan secara teknikal pada rentang 6.394-6.693. Meski begitu, investor dan trader dinilai perlu berlega hati karena tapering diprediksi tidak seperti periode 2013-2015 lalu.
Baca juga: Bank BNI Catat Transaksi EDC Rp50 Triliun, Ini Pemicunya
Kala itu, tapering kali pertama dilakukan, dan menyebabkan insiden taper tantrum. Faktor itu, juga ditambah faktor sinyal lompatan suku bunga acuan AS yaitu Fed Rate kemungkinan besar tidak akan dieksekusi dalam waktu dekat. Oleh Karena itu, Tim Investment Information Mirae Asset memilih sektor sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi seperti perbankan, dan manufaktur otomotif.
Selain sektor itu, infrastruktur juga menjadi pilihan mengingat perkembangan digitalisasi akan mendorong permintaan industri telekomunikasi. ”Saham pilihan kami antara lain BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, ASII, UNTR, TLKM, EXCL, ISAT, TOWR, dan TBIG,” tambah Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas.
Baca juga: Meroket 154 Persen, Kobexindo Catat Pendapatan USD89,48 Juta
Faktor makroekonomi yang akan mendukung Indeks, dan pasar saham domestik dalam waktu dekat, kinerja industri manufaktur global, dan domestik. Kondisi manufaktur positif itu, tercermin pada data PMI Manufaktur Global yang ekspansi selama 16 bulan berturut-turut, per Oktober 2021 tercatat naik menjadi 54,3.
Seiring hal positif itu, mayoritas negara-negara dunia, manufaktur Indonesia juga berhasil mencatat rekor ekspansi tertinggi pada Oktober 2021, yaitu 57,2 dari posisi September 52,2. ”Hasil itu lebih tinggi dibanding kinerja PMI Manufaktur negara anggota ASEAN lain, dan menunjukkan aktivitas perekonomian domestik makin progresif seiring penerapan pelonggaran PPKM menyikapi hasil positif penanggulangan Covid-19,” ulas Nafan.
Baca juga: Perhatian, Berikut Jadwal Penjualan Treasury Stock MD Pictures Rp24,44 Miliar
Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger memprediksi harga batu bara masih dapat naik meski China mulai menggalakkan intervensi baik sektor riil, maupun pasar keuangan. Faktor utama masih dapat mendongkrak harga komoditas emas hitam itu, faktor musim hujan makin deras. BMKG memprediksi terjadi La Nina mulai November hingga akhir tahun. ”Curah hujan tinggi berpotensi mengganggu proses penambahan batu bara terutama dari Indonesia sehingga menaikkan harga dunia,” tegas Roger. (abg)