Indoposonline.NET – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal melanjutkan tren positif. Itu setelah indeks berhasil bertahan di atas level moving average 20 hari, dan whipsaw di level moving average 5 hari.
Pergerakan Indeks seakan menahan pelemahan dari trend negatif. Melanjutkan tren positif jangka panjang dengan memiliki level trendline di kisaran 6.050. Indikator stochastic, dan RSI memberi peluang kejenuhan pada momentum bearish mendekati area oversold.
Baca juga: Kalbe Farma Optimistis Laba Bersih Tumbuh 10 Persen
So, menurut Lanjar Nafi, Equity Technical Analyst Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia, sepanjang perdagangan hari ini, Selasa (3/8) indeks berpotensi kembali terkonsolidasi mencoba menguat dengan support 6.080, dan 6.137.
Saham-saham dapat dicermati secara teknikal antara lain Semen Indonesia (SMGR), Ramayana Lestari (RALS), Mitra Adiperkasa (MAPI), Adhi Karya (ADHI), Astra International (ASII), Bank Negara Indonesia (BBNI), Indocement Tunggal Prakarsa (INTP,) Japfa Comfeed (JPFA), Perusahaan Gas Negara (PGAS), Siloam Hospitals (SILO), Unilever (UNVR), dan Waskita Karya (WSKT).
Baca juga: Google Blokir Pengguna Android Lama
Menyudahi perdagangan Senin (2/8), indeks surplus 0,44 persen atau 26,50 poin ke level 6.096,54. Saham TLKM, UNVR, BRPT, CPIN, dan ASII berhasil menopang Indeks tetap kukuh di zona positif. Saat bersamaan, saham ARTO, TOWR, dan TPIA menjadi menekan Indeks.
Data ekonomi rilis awal pekan, dan awal bulan bervariasi. Di mana, terjadi kontraksi cukup dalam pada indeks kinerja manufaktur Indonesia. Lalu, tingkat inflasi meningkat secara tahunan untuk Juli 2021. Indeks PMI manufaktur turun menjadi 40,1 dari periode sebelumnya 53.5.
Baca juga: PPKM, Aliran Modal Asing Bersarang Rp640 Miliar
Tingkat inflasi naik menjadi 1,52 persen dari periode sebelumnya di kisaran 1,33 persen. Dampak PPKM Darurat bulan lalu terlihat pada akitivitas kinerja sektor manufaktur. Namun, masih dapat membuat tingkat inflasi tahunan bertumbuh.
Sementara itu, bursa Asia berpotensi tertekan hari ini, Selasa (3/8) setelah ekuitas AS berbalik terkoreksi pada perdagangan semalam. Imbal hasil Treasury jatuh dan harga minyak turun di tengah kekhawatiran pemulihan ekonomi pandemi kehilangan momentum akibat gelombang lanjutan Covid-19.
Baca juga: PLN Operasikan Tol Listrik Flores Senilai Rp1,1 Triliun
Minyak jatuh paling dalam dua minggu terakhir. Itu karena virus merusak prospek konsumsi, termasuk China. Di mana, laporan ekonomi juga menunjukkan perlambatan ekspansi puncak indeks PMI Manufaktur. Indeks Futures jatuh Jepang, Australia, dan sedikit berubah di Hong Kong.
Harga crude palm oil (CPO) turun signifikan 5,77 persen, dan komoditas energy mayoritas mengalami pelemahan. Minyak mentah turun 3,64 persen, dan batubara menukik 0,21 persen. Secara sentimen Indeks berpotensi melemah mengiringi potensi pelemahan indeks saham regional, dan global. (abg)