Indoposonline.NET – PT United Tractors (UNTR) semester pertama 2021 membukukan pendapatan Rp37,3 triliun. Melesat 12 persen dari periode sama 2020 di kisaran Rp33,2 triliun. Lalu, laba bersih meningkat 11 persen menjadi Rp4,5 triliun dari edisi sama 2020 di level Rp4,1 triliun.
Selanjutnya, laba bruto terkumpul Rp8,024 triliun. Surplus 11 persen dari periode sama 2020 di kisaran Rp7,26 triliun. Dan, laba per saham tercatat Rp1.211, menanjak 11 persen dari periode sama 2020 di level Rp1.089.
Baca juga: Investor Tahan Diri, Buruan Borong Saham-Saham Ini
Masing-masing segmen usaha, yaitu mesin konstruksi berkontribusi 25 persen, kontraktor penambangan 41 persen, pertambangan batu bara 20 persen, pertambangan emas 12 persen, dan industri konstruksi 2 persen terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.
Peningkatan aktivitas berbagai sektor pengguna alat berat, dan peningkatan harga komoditas berdampak pada perbaikan kinerja semester pertama 2021. Kondisi perekonomian akan tetap menantang, mengingat ketidakpastian terdampak pandemi Covid-19 masih berlanjut. ”Namun dengan tren harga komoditas diperkirakan masih positif hingga akhir tahun, kami optimistis target sudah ditetapkan dapat tercapai,” tutur Frans Kesuma, Presiden Direktur United Tractors, Kamis (29/7).
Baca juga: Toyota Sebar Bantuan di Enam RS
Sementara itu, segmen usaha mesin konstruksi mencatat peningkatan penjualan alat berat Komatsu 60 persen menjadi 1.361 unit dibanding periode sama tahun lalu 853 unit. Pendapatan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat juga meningkat 8 persen menjadi Rp3,6 triliun. Berdasar riset pasar internal, pangsa pasar Komatsu 22 persen.
Penjualan UD Trucks meningkat dari 94 unit menjadi 289 unit, dan penjualan produk Scania naik dari 100 unit menjadi 346 unit. Secara total, pendapatan bersih segmen usaha mesin konstruksi naik 29 persen menjadi Rp9,4 triliun dibanding periode sama 2020 di level Rp7,3 triliun.
Baca juga: PPKM Belum Longgar, IHSG Kembali Orbit Zona Merah
Lalu, segmen usaha kontraktor penambangan dioperasikan PT Pamapersada Nusantara (PAMA) membukukan pendapatan bersih Rp15,4 triliun, naik 3 persen dari periode sama 2020 di level Rp15,1 triliun. PAMA mencatat peningkatan volume produksi batu bara 3 persen dari 56,0 juta ton menjadi 57,6 juta ton, namun volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) turun 3 persen dari 421,0 juta bcm menjadi 409,1 juta bcm.
Berikutnya, segmen usaha pertambangan Batu Bara dijalankan PT Tuah Turangga Agung (TTA) mencatat total penjualan batu bara 6,3 juta ton, termasuk 1,4 juta ton batu bara metalurgi, atau meningkat 12 persen dibanding periode sama 2020 sebesar 5,6 juta ton. Sejalan dengan peningkatan volume penjualan dan rata-rata harga jual, pendapatan segmen usaha pertambangan Batu Bara naik 23 persen menjadi Rp7,5 triliun.
Baca juga: Kewalahan Pasok Pasar, Mitra Angkasa Sejahtera Optimistis Tumbuh 11 Persen
Kemudian, segmen usaha pertambangan emas PT Agincourt Resources (PTAR) mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, mencatat total penjualan setara emas dari Martabe 176 ribu ons, turun 5 persen dibanding periode sama 2020 sebanyak 186 ribu ons. Namun, pendapatan bersih naik 7 persen menjadi Rp4,3 triliun dari periode sama 2020 di level Rp4,0 triliun seiring peningkatan rata-rata harga jual emas.
Sementara itu, segmen usaha industri konstruksi Acset Indonusa (ACST) membukukan pendapatan Rp636 miliar, turun dari periode sama sebelumnya Rp746 miliar. Acset membukukan rugi bersih Rp153 miliar karena situasi Covid-19 berdampak pada proyek tengah berjalan, dan mengurangi peluang proyek.
Baca juga: Jasamarga Berlakukan Tarif Baru Tol Gempol Pasuruan
Terakhir PT Bhumi Jati Power (BJP) saat ini tengah membangun pembangkit listrik tenaga uap berkapasitas 2×1.000 MW di Jepara, Jawa Tengah, progres pembangunan konstruksi proyek telah mencapai 99 persen. BJP merupakan perusahaan patungan bersama antara anak usaha perseroan, Sumitomo Corporation, dan Kansai Electric Power Co Inc. (abg)