indoposnews.co.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpeluang kembali mengorbit zona hijau. Apalagi, Indeks berhasil break out fractal pada level 6.138. Tidak hanya itu, indeks sukses menguat menuju resistance berikutnya. Selain itu, indikator stochastic terkonsolidasi pada area dekat overbought. Kondisi itu, membuat sinyal penguatan kembali akan tertahan. ”Indeks akan menjajal level support 6.138, dan resisten 6.182,” tutur Lanjar Nafi, Equity Technical Analyst Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia.
Sejumlah saham laik beli antara lain Astra Agro Lestari (AALI), Acset Indonusa (ACST), Aneka Gas Industri (AGII), Aneka Tambang (ANTM), Surya Esa Perkasa (ESSA), HM Sampoerna (HMSP), Harum Energi (HRUM), Jasa Marga (JSMR), dan PT Bukit Asam (PTBA).
Baca juga: Anak Usaha META Kantongi Fasilitas Kredit Pembiayaan Rp750 Miliar
Meriview perdagangan Senin (30/8), Indeks melesat 0,09 persen atau 5,39 poin ke level 6.150,30. Saham sektor teknologi menguat 1,67 persen, dan material dasar surplus 1,01 persen, sukses menjadi penyangga indeks. Maklum, saat bersamaan, saham-saham sektor transportasi minus 1,09 persen, dan konsumsi primer tekor 0,63 persen. Indeks selama Agustus telah menguat 1,3 persen. Investor asing melakukan aksi beli bersih Rp545,45 miliar. Saham bank Central Asia (BBCA), Telkom Indonesia (TLKM), Bank Mandiri (BMRI), Bukalapak (BUKA), dan Tower Bersama (TBIG) menjadi jajaran top net buy value investor asing.
Sementara itu, bursa saham Asia berpotensi turun pada hari ini, Rabu (1/9). Itu karena investor mengevaluasi risiko ekonomi dari ketengangan virus delta, dan prospek pengurangan dukungan stimulus bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk era pandemi. Saham AS akhir Agustus 2021 naik tipis dari level tertinggi sepanjang masa. Itu terjadi di tengah data beragam termasuk, penurunan kepercayaan konsumen ke level terendah enam bulan terakhir di AS.
Baca juga: Chekidot, London Sumatra Umbar Dividen Tunai Rp20 per Lembar
Futures Jepang, Australia, dan Hong Kong drop. Harga minyak di New York membukukan kerugian bulanan terbesar sejak Oktober. Pasalnya, investor mempertimbangkan prospek produksi tambahan dari anggota OPEC+. So, secara sentimen pergerakan Indeks akan cenderung berat mengawali September 2021. Investor menanti data PMI Manufaktur, dan tingkat inflasi Indonesia hari ini. (abg)