Indoposonline.NET – Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat pertumbuhan Single Investor Identification (SID) mencapai 9,6 juta. Angka lompatan nomor identitas tunggal pemodal itu terkam per 6 Agustus 2021.
Pertumbuhan signifikan itu, menyusul limpahan dari peserta Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) dalam Sistem Multi Investasi Terpadu (S-Multivest) KSEI, beroperasi sejak 10 Juni 2021 lalu. Konsep SID terbukti mampu menjadi identifikasi investor pasar modal juga dimanfaatkan untuk produk keuangan lain di luar pasar modal.
Baca juga: Unggul, Surat Berharga Komersial Jasa Marga Kantongi Rating idA1+
Secara rinci, data SID per 6 Agustus 2021, SID Efek 2.614.073, SID Reksa Dana 5.230.329, SID SBN 546.434, dan SID Tapera 3.985.320. Nah, dari sisi SID investor pasar modal, kepemilikan investor individu tetap mendominasi 59,95 persen dengan jumlah 99,5 persen dari total investor pasar modal. Demografi investor individu 62,11 persen laki-laki, 58,45 persen berusia di bawah 30 tahun, 33,9 persen pegawai swasta, 54,34 persen berpendidikan terakhir SMA, dan 53,47 persen berpenghasilan Rp10-100 juta per tahun.
Sukses KSEI itu tidak lepas dari sejumlah kreasi dan inovasi. Ya, di tengah situasi pandemi Covid-19, KSEI berusaha memenuhi kebutuhan platform elektronik untuk penyelenggaraan kegiatan secara online. Itu difasilitasi dengan peluncuran modul e-Voting eASY.KSEI pada 28 Juni 2021. eASY.KSEI merupakan platform elektronik untuk memberi suara, dan menyaksikan pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) secara daring.
Baca juga: Mantap, Pefindo Kerek Rating Adhi Karya idA-
Penerapan platform itu, sesuai kondisi demografi, dan karakteristik investor pasar modal Indonesia. Sejak peluncuran modul e-Voting, 1.381 investor telah menghadiri RUPS secara daring, dan 132 Emiten telah menggunakan fitur e-Voting. Dan, 703 dari 739 emiten saham pasar modal, telah mengadakan RUPS melalui eASY.KSEI.
Direktur Utama KSEI, Uriep Budhi Prasetyo menyebut optimisme pasar menghadapi pandemi Covid-19 memicu kenaikan pasar saham domestik. Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 2,5 persen sepanjang tahun ini. ”Bahkan, IHSG pernah menembus level tertinggi 6.435 atau naik 7,6 persen dibandingkan tahun lalu,” tutur Urief Budhi Prasetyo pada acara Pembukaan Perdagangan dalam Rangka 44 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal, Selasa (10/8).
Baca juga: Kembangkan CDB Baru, Sentul City Jajaki Investor Strategis
Sepanjang tahun ini, pasar modal Indonesia sukses memfasilitasi 28 perusahaan tercatat terbaru. Jadi, total menjadi 740 perusahaan. Itu merupakan pencapaian tertinggi di Asean empat tahun terakhir secara beruntun. ”Pekan lalu, ada pencatatan perdana saham perusahaan unicorn pertama di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu Bukalapak (BUKA),” ucapnya.
Urief menjelaskan, sepanjang tahun ini, nilai efek tersimpan di pasar modal meningkat 16,33 persen. Itu didominasi investor domestik 59,95 persen. Dan, sebagian besar merupakan kepemilikan investor pasar saham. (abg)