indoposnews.co.id – PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencanangkan 10 program strategis tahun depan. Untuk memuluskan agenda itu, disiapkan investasi Rp13 miliar. Program strategis itu, termasuk dalam 24 program kerja dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan 2022.
Salah satu program strategis itu, rencana pengembangan alternatif penyimpanan dana nasabah pada sub rekening efek (SRE) untuk instrumen efek bersifat ekuitas, efek bersifat utang, dan investor fund unit account (IFUA) untuk instrumen reksa dana. Program lanjutan edisi 2020 itu, memberi alternatif tempat penyimpanan dana untuk menuntaskan transaksi pasar modal dan kegiatan investasi atau divestasi reksa dana. ”Mengenai program strategis itu, KSEI telah menjadi salah satu peserta BI-FAST, merupakan infrastruktur sistem pembayaran ritel nasional lebih efisien dikembangkan Bank Indonesia (BI),” tutur Uriep Budhi Prasetyo, Direktur Utama KSEI, pada rapat umum pemegang saham (RUPS) luar biasa, Kamis (28/10).
Baca juga: Dongkrak Performa Anak Usaha, Menteng Heritage Cari Tambahan Modal Rp70 Miliar
Melanjutkan sukses implementasi EASY.KSEI dalam memfasilitasi pemberian kuasa dan suara pemegang saham secara elektronik dalam RUPS, KSEI berencana mengembangkan untuk rapat umum pemegang efek bersifat utang, dan unit penyertaan. Akhir September 2021, EASY.KSEI telah digunakan 727 dari 750 emiten pasar modal. 727 Emiten itu, telah mengadakan 2.166 RUPS melibatkan 20.200 investor. Di mana, 71 persen investor memberi kuasa kehadiran melalui EASY.KSEI.
Per 19 Oktober 2021, KSEI mencatat jumlah single investor identification (SID) mencapai 10,47 juta orang. Itu meliputi 6,65 juta SID investor pasar modal, dan 4,01 SID peserta tabungan perumahan rakyat (Tapera). Jumlah investor pasar modal Indonesia tumbuh 71,42 persen dari tahun sebelumnya berjumlah 3,88 juta berdasar data akhir 2020 year to date (ytd). ”Total jumlah investor pasar modal terdiri dari investor saham 3,04 juta, investor reksa dana 6 juta, dan investor surat berharga negara (SBN) 583 ribu. Pertumbuhan paling tinggi dicatatkan investor reksa dana meningkat 89,08 persen ytd,” ucap Urief.
Baca juga: Menciut, Diamond Citra Jajakan Rights Issue 4,48 Miliar Lembar
Menilik sisi demografi, berdasar data KSEI 19 Oktober 2021, investor pasar modal Indonesia masih didominasi usia di bawah 30 tahun, dan 30-40 tahun sebanyak 81,02 persen. Itu sejalan tingkat pendidikan para investor didominasi lulusan SMU berjumlah 56,54 persen. Kepemilikan aset investor muda cenderung meningkat dibandingkan akhir Desember 2020. Itu memperlihatkan antusiasme investor dalam berinvestasi tidak surut kala pandemi. Sisi pekerjaan, 29,61 persen investor sebagai pegawai, dan pelajar 27,21 persen.
Nilai aset tercatat pada sistem C-BEST untuk produk investasi efek hingga 19 Oktober 2021 meningkat 23,41 persen menjadi Rp5.418,05 triliun dari Rp4.390,44 triliun, atau 66,35 persen dari kapitalisasi pasar. Nilai aset tercatat pada sistem utama KSEI yaitu S-INVEST untuk produk investasi reksa dana hingga 19 Oktober 2021 turun 2,05 persen menjadi Rp799,26 triliun dari Rp807,72 triliun. Sedang jumlah reksa dana tercatat turun menjadi 2.385 dari 2.544 reksa dana.
Baca juga: Selamatkan Anak Usaha, Wijaya Karya Terbitkan Corporate Guarantee Rp950 Miliar
Alokasi anggaran KSEI untuk mengembangkan infrastruktur central depository system (CDS). Itu terdiri dari pengembangan lebih lanjut C-BEST Next G, S-INVEST, S-MULTIVEST (sistem Tapera), dan EASY.KSEI. Saat bersamaan, pasar modal Indonesia kembali menggalang dana untuk kegiatan corporate social responsibility (CSR). Pendapatan transaksi bursa dan jasa kustodian pada 28 Oktober 2021 dialokasikan sebagai dana CSR untuk rangkaian kegiatan 44 tahun pengaktifan kembali pasar modal Indonesia. (abg)