indoposnews.co.id – PT Bank Multiarta Sentosa (MASB) mendapuk Haryati Lawidjaja sebagai direktur layanan perbankan digital (digital banking services). Pengangkatan Haryati itu, ditahbiskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 28 Januari 2021, di Hotel Kimaya, Slipi, Jakarta.
Manajemen Bank Multiarta Sentosa mendapauk Haryati bukan tanpa sebab. Ya, Haryati bukan orang baru di industri keuangan digital dan bisnis digital. Sebelumnya, perempuan karib dipanggil Fey itu, menjabat Direktur Utama LinkAja. Heryati menjabat berbagai posisi strategis di BTPN, Adknowledge Asia Pacific, Telkomsel, Nokia Indonesia, Nokia Finlandia, Hutchison Telecom, XL, dan Arthur Andersen.
Baca juga: Dua Putra Utama Lakoni PKPU, Telisik Berikut Skemanya
”Berbekal berbagai pengalaman Fey itu, kami optimistis Bank MAS dapat melayani kebutuhan masyarakat Indonesia, termasuk UMKM secara lebih ekstensif terutama dalam mendorong inklusi keuangan dan ekonomi di Indonesia,” tutur Ho Danny Hartono, Direktur Utama Bank Multiarta Sentosa atau Bank MAS.
Itu sejalan strategi Bank MAS saat IPO Juni 2020 lalu, untuk masuk layanan digital banking guna meningkatkan, dan memperluas layanan kepada masyarakat Indonesia termasuk UMKM, sebagai bagian mendukung upaya pemerintah meningkatkan inklusi keuangan, dan ekonomi Indonesia.
Baca juga: Private Placement, Putra Rajawali Perkuat Pasar Kawasan Sumatera
Nah, dari sisi layanan digital banking, Bank MAS sudah memiliki fasilitas online onboarding sehingga calon nasabah tidak perlu datang ke cabang untuk menjadi nasabah saat membuka rekening. Fitur produk lain pada aplikasi digital Bank MAS dapat diunduh di Google Apps Store, dan Apple Apps Store.
Salah satu manfaat dapat dinikmati pada layanan digital banking ini, nasabah dimanjakan dengan gratis biaya transfer antarbank menggunakan aplikasi mobile banking, juga penarikan uang tunai di ATM tergabung dalam jaringan Prima, dan Alto. Bank MAS juga memiliki layanan Laku Pandai dan pembayaran melalui QRIS untuk mendukung inklusivitas layanan perbankan.
Baca juga: Nyungsep, Sepekan IHSG Terpenggal 1,20 Persen Jadi 6.645
Saat ini, Bank MAS sedang mempersiapkan peningkatan platform digital agar memberikan layanan, dan fitur-fitur lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia, termasuk UMKM. Salah satu layanan baru sedang dipersiapkan berupa fasilitas pinjaman online (pinjol) untuk kebutuhan produktif UMKM, dan juga konsumen personal dengan payroll loan.
Pada Juni 2020, Bank MAS meraup dana IPO senilai Rp625,5 miliar. Itu didapat setelah melepas 186.176.500 saham atau 15 persen dari total saham kepada publik dengan harga Rp3.360 per lembar, disertai waran dapat ditukar pada 2022 dengan harga Rp3.500. Setelah konversi waran, Bank MAS akan mendapat tambahan Rp500-650 miliar.
Baca juga: Divestasi 88,19 Juta Saham Kapuas Prima, Sarana Inti Selaras Dulang Duit Segini
Kondisi itu, akan membuat ekuitas Bank MAS menjadi Rp3,22 triliun. Sekaligus memenuhi ketentuan modal minimum Rp3 triliun sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kerja sama Wings dengan para mitra, dan warung langganan dalam supply chain merupakan modal awal bagi Bank MAS bersama dengan Wings Group meningkatkan pelayanan.
Itu memberi dampak positif bagi masyarakat Indonesia secara lebih ekstensif, termasuk didalamnya membantu mendorong UMKM berkembang secara berkesinambungan terutama di masa sulit terdampak pandemi Covid-19. Bank MAS optimistis kerja sama, dan dukungan berbagai pihak, bisa memberi kemudahan akses berbagai produk perbankan untuk UMKM, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Baca juga: Tender Wajib Tuntas, Sarana Meditama Kuasai Saham Kedoya 79,84 Persen
“Kami sangat antusias dengan bergabungnya Fey ke Bank MAS. Kami yakin kedepan Bank MAS dapat memberi pelayanan lebih ekstensif bagi UMKM, dan masyarakat umum,” Danny.
Sepanjang tahun lalu, Bank MAS mencatat laba Rp212,43 miliar atau meroket 96,35 persen dari episode sama 2020 senilai Rp108,19 miliar. Kemudian, penyaluran kredit Rp7,88 triliun atau melesat 5,31 persen dibanding periode sama 2020 tercatat Rp7,48 triliun. Dana masyarakat naik 4,44 persen menjadi Rp20,17 triliun dari posisi Desember 2020 sejumlah Rp19,3 triliun. Total aset Rp23,33 triliun atau tumbuh 7,92 persen dari posisi Desember 2020 sebesar Rp21,5 triliun. (abg)