indoposnews.co.id – Ini masih lama jadi kenyataan. Tapi sudah mulai berhasil dicoba: listrik panas bumi gaya baru. Panas bumi itu didapat dari dalam perut bumi. Di kedalaman 15 km. Sebenarnya tidak harus sedalam itu. Dengan 5 Km pun bisa didapat. Hanya panasnya baru sekitar 200 derajat Celsius. Ini juga sudah bisa menghasilkan listrik tapi kurang efisien. Berbagai negara maju sudah mencoba: menggali sumur yang dalamnya sampai 15 km.
Intinya: harus sampai menemukan panas yang sangat panas: 600 derajat. Tapi ketika sampai di kedalaman itu apa yang didapat? Batu. Batu panas. Batu keras. Para ilmuwan pun, utamanya yang di prodi geologi, harus memecahkan bagaimana bisa memanfaatkan batu panas itu. Agar menghasilkan listrik. Teknologi listriknya sudah mudah. Anda pun bisa. Pengalaman membuat listrik panas bumi sudah panjang. Indonesia sudah menghasilkan 2.400 MW listrik dari panas bumi.
Itu sudah terbesar kedua di dunia. Setelah Amerika. Selisihnya tidak sampai 200 MW. Kalau dua geothermal lagi saja bisa dibuat, Indonesia begitu membanggakan: terbesar di dunia. Filipina, sebagai yang nomor tiga akan kian jauh tertinggal di belakang. Saya pernah “menyandera” dua direktur utama BUMN. Dirut Pertamina dan Dirut PLN. Wanita dan pria. Keduanya saya masukkan satu ruang rapat. Tidak boleh keluar sebelum terjadi kesepakatan. Begitu sulit “mendamaikan” dua BUMN itu.
Baca juga: Happy Dharavi
Dua-duanya benar. Harus begitu. Sulit dikoalisikan. Pertamina sebagai pemilik lokasi panas bumi, harus menjual panas itu semahal-mahalnya. Agar Pertamina untung besar. PLN harus beli panas itu semurah-murahnya. Agar PLN tidak rugi. Begitulah bertahun-tahun. Yang lebih rugi akhirnya Indonesia. Geothermal milik Pertamina itu tidak bisa segera berproduksi. Kalau tidak salah itu menyangkut 9 lokasi. Atau 12. Listrik geothermal itu murah. Bersih. Green.
Bisa berproduksi siang malam, 24/7 atau 360/1. Selama panasnya masih ada. Puluhan tahun. Hari itu saya berkantor di Pertamina. Pinjam salah satu ruang di situ. Sambil menunggu dua Dirut tersebut bersepakat soal harga. Saya hanya memberi kata pengantar singkat: perlunya segera ada kesepakatan. Selebihnya terserah mereka. Yang penting jangan ada yang terluka. “Tidak ada yang membawa pisau kan?” tanya saya sambil bergurau. Lalu menutup pintu.
Belum sampai lima jam, keduanya sudah mencapai kata sepakat. Kini, tentu, semua geothermal di 9 lokasi itu sudah jadi. Buktinya Indonesia sudah bisa menjadi nomor dua dunia. Atau belum. Indonesia punya potensi geothermal terbesar di dunia. Ada angka yang menyebut 16.000 MW. Tapi saya ragu itu. Mungkin 10.000 MW. Tidak semua dibilang mengandung panas bumi benar-benar bisa mendapatkan panas. Kadang telanjur mengebor sumur berbiaya Rp70 miliar dapat pepesan kosong.
Baca juga: Ledakan Sitorus
Jenis panas bumi yang dimiliki Indonesia tidak sama dengan yang lagi kita bicarakan. Geothermal kita hanyalah yang dari perut gunung berapi. Sumber panasnya tidak terlalu jauh di dalam bumi. Dengan mengebor 1,5 km sudah menemukan panas yang dicari. Tidak semua negara punya keberuntungan seperti Indonesia. Itu dulu. Dengan keberhasilan uji coba di Amerika bulan lalu, semua negara punya panas bumi. Termasuk Indonesia.
Hanya, itu tadi, ngebor sumurnya harus lebih dalam. Perlu biaya lebih besar. Perlu alat bor yang kebandelannya melebihi kepala batu. Tidak bisa lagi hanya dengan seorang Inul Daratista. Mata bornya harus terbuat dari diamond. Berlian. Lebih keras dari batu. Itu sudah biasa di dunia geologi. Berlian tidak hanya untuk perhiasan. Diamond justru untuk menembus batu keras di kedalaman 15 km di perut bumi. Batu itu, seberapa pun kerasnya, masih punya pori-pori.
Kalau air bisa dimasukkan ke lubang batu itu, lalu ditekan, airnya akan merayap ke mana-mana. Menjadi air panas. Pengeboran pertama dimaksudkan untuk memasukkan air dari atas bumi. Ke perut bumi. Lewat lubang sedalam 15 km. Sambil airnya ditekan. Agar mampu memasuki retakan dan pori batu lebih banyak. Lalu diperlukan pengeboran lain di jarak tertentu dari sumur pertama. Fungsinya: untuk menyedot air panas yang berkeliaran di pori-pori batu. Dinaikkan ke permukaan bumi.
Baca juga: Prahara Al Zaytun
Wujudnya sudah bukan air lagi. Sudah berubah menjadi uap. Uap itulah yang dipakai menggerakkan turbin. Turbin menggerakkan generator. Generator menghasilkan listrik. Uji coba yang berhasil itu dilakukan di negara bagian Nevada. Di sisi utara Nevada. Dari kota Reno ke ke arah timur. Air diinjeksikan ke lubang batu panas itu mencapai 63 liter/detik. Menghasilkan listrik 3,5 MW.
Cukup 7.000 rumah skala Amerika. Itu memberikan optimisme besar dunia. Siapa tahu kelak, Anda akan mengebor sendiri di belakang rumah Anda. Untuk keperluan listrik rumah Anda. Demikian juga tetangga Anda. Dan semua orang di dunia. (Dahlan Iskan)