Indoposonline.NET – Bank Indonesia (BI) mengklaim telah menyiapkan beragam strategi menghadapi tekanan pasar keuangan global. Itu menyusul rencana pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Fed) atau tapering off. “Kita sudah mengantisipasi tapering the Fed sejak Februari,” tutur Gubernur BI Perry Warjiyo, secara virtual, Kamis (19/8).
Tapering off the Fed akan berdampak pada peningkatan imbal hasil US Treasury. Kondisi itu, akan mempengaruhi preferensi investor dalam melakukan portofolio investasi di AS, dan negara berkembang. Itu juga sempat terjadi pada Februari, karena AS menggelontorkan insentif fiskal lebih besar dari perkiraan. ”Ya, tergantung seberapa jauh dapat mengelola perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri terutama investasi portofolio pada yield SBN dalam negeri,” tegasnya.
Baca juga: Gandeng Facebook, Bank Aladin Genjot Literasi Keuangan UMKM
BI dan pemerintah harus bisa menyeimbangkan perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri, terutama portofolio investasi Surat Berharga Negara (SBN) domestik. ”Sudah kami lakukan sejak awal tahun, baik intervensi pasar spot, DNDF, dan pembelian SBN dari pasar sekunder dalam hal investor asing melepas SBN,” ucap Perry.
Sejak awal 2021, BI sudah membeli SBN pasar sekunder Rp8,6 triliun dari sekitar Rp11 triliun dilepas investor asing tersebab kenaikan imbal hasil US Treasury hingga 1,8-1,9 persen. Itu kemudian diantisipasi dengan mengintervensi pasar. Hasilnya, koreksi rupiah tidak terlalu tinggi. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun juga sempat meningkat 6,7 persen berhasil ditekan ke posisi 6,3 persen.
Baca juga: PTPP Garap Penataan Pura Besakih Rp387 Miliar
BI optimistis dampak tapering off The Fed tidak akan sebesar dampak taper tantrum edisi 2013. Paling tidak ada tiga alasan mendasar. Pertama, The Fed sudah berkomunikasi dengan jelas mengenai sejumlah kebijakan mencakup perkiraan ekonomi, inflasi, tingkat pengangguran, dan rencana tapering. Pasar tentu sudah melakukan antisipasi terlebih dahulu.
Kedua, BI sudah menyiapkan kebijakan triple intervention untuk mengatasi dampak tapering terhadap kinerja pasar keuangan domestik, dengan Domestic Non Delivery Forward (DNDF), pasar spot, hingga pasar Surat Berharga Negara (SBN). ”Cukup dengan kebijakan triple intervention, koordinasi BI dengan Kemenkeu dalam pengelolaan perbedaan yield SBN dalam, dan luar negeri,” tegasnya.
Terakhir, posisi cadangan devisa pada akhir Juli USD137,4 miliar dinilai cukup menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Itu diperkuat aliran masuk modal asing berlanjut berbentuk investasi portofolio pada Juli hingga 16 Agustus 2021 mencatat net inflows USD2,0 miliar. (abg)