indoposnews.co.id – Impian Asia Vision Network (AVN) menjejak pelataran Wall Street kandas. Anak usaha MNC Vision Networks (IPTV) tidak melanjutkan transaksi dengan Malacca Straits Acquisition Company (MLAC). Keputusan itu diambil setelah perusahaan di bawah kendali konglomerat Hary Tanoesoedibjo tersebut menemui banyak kendala. Salah satunya, harga saham MLAC di bawah nilai nominal USD10 per saham. Itu terjadi menyusul banyak transaksi perusahaan cek kosong alias Special Purpose Acquisition Company (SPAC) di Bursa Nasdaq. Kondisi itu, menyebabkan valuasi mandek tersebab SPAC menjadi overcrowded.
Kemudian setelah melalui penjajakan berbagai roadshow, MLAC dan AVN akhirnya sepakat mengakhiri pengembaraan alias tidak melanjutkan transaksi. ”Sejatinya, kami telah memproses merger sejak semester dua 2020. Kala itu, transaksi SPAC masih sangat diminati investor di Nasdaq,” tutur Muharzi Hasil, Corporate Secretary MNC Vision Networks, kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (17/9).
Baca juga: Performa Moncer, Saham Bank Jabar Akan Tembus Rp1800-1900 per Lembar
Selain itu, latar pembatalan tersebut juga didasari makin bergairahnya investor di BEI terhadap perusahaan bergerak bidang digital termasuk fokus bisnis AVN. Sekadar informasi, AVN, menyerahkan draft laporan registrasi penggabungan bisnis dengan MLAC kepada otoritas bursa AS. AVN mengklaim kombinasi bisnis itu, tunduk pada syarat dan kondisi penutupan berlaku, termasuk persetujuan dari pemegang saham MLAC. Merger itu, diharap selesai pada kuartal III-2021. Setelah proses validasi ke Securities Exchange Commission (SEC) selesai, AVN akan tercatat di bursa Nasdaq sebagai perusahaan induk baru asal Indonesia tardaftar di bursa AS.
Malacca Straits merupakan SPAC dibentuk untuk melakukan merger, pertukaran saham, akuisisi aset, pembelian saham, reorganisasi atau kombinasi bisnis serupa dengan satu atau lebih. Pada Maret 2021, AVN mengumumkan telah resmi meneken perjanjian penggabungan atau merger dengan Malacca Straits dengan nilai valuasi perusahaan gabungan USD573 juta. Nilai perusahaan itu, dengan estimasi kurs Rp14.000 per dolar Amerika Serikat (USD) setara Rp8,02 triliun. Valuasi itu, merefleksikan EV atau Ebitda 5,8 kali pada 2022. (abg)