Indoposonline.NET – Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street bervariasi pada perdagangan Kamis (17/6). Investor mencermati kebijakan the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga, dan perkiraan inflasi lebih tinggi.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 210 poin atau 0,62 persen menjadi 33.823,45. Indeks S&P 500 tekor 0,04 persen menjadi 4.221,86. Nasdaq naik 0,87 persen menjadi 14.161,35 seiring investor mengejar saham perusahaan teknologi besar.
Baca juga: Pandemi, Jasa Armada Tabur Dividen Final Rp64 Miliar
Saham Tesla merangsek 1,9 persen, Amazon menguat hampir 2,2 persen, dan Facebook menanjak 1,6 persen. Saham Shopify menguat 6,1 persen, dan Twilio melesat 8 persen. Saham-saham terkait bahan baku atau material memimpin kerugian seiring langkah the Federal Reserve untuk akhirnya menaikkan suku bunga.
Di sisi lain, China menekan harga logam dengan kampanye sehingga meredakan lonjakan harga komoditas pada 2021. Namun, kerugian Wall Street secara keseluruhan masih terkendali. Itu seiring bank sentral AS mempertahankan program pembelian aset, menurut sejumlah investor akan mendukung saham dalam jangka pendek.
Baca juga: Ekspor 4,8 Ton Tempe ke Jepang, FKDB Torehkan Sejarah
Pertemuan the Fed pada Rabu-Kamis mendorong aksi jual saham dengan rencana menaikkan suku bunga dua kali pada 2023. The Fed juga menaikkan perkiraan inflasi menjadi 3,4 persen. Angka itu, lebih tinggi dari prediksi Komite Pasar Terbuka The Fed Maret lalu. Harga tembaga berjangka turun hampir lima persen, sementara harga berjangka palladium tekor 11 persen, dan platinum merosot hampir 7 persen. Harga minyak AS turun lebih dari satu persen menjadi USD71,04.
Sementara itu, bursa Asia Pasifik mayoritas ditutup melemah. Indeks KLSE minus 0,47 persen, Strait Times susut 0,04 persen, KOSPI anjlok 0,42 persen, dan Nikkei melepuh 0,93 persen. Sedang Indeks Hang Seng menajka 0,43 persen, dan Shanghai Stock Exchange bertambah 0,21 persen.
Baca juga: IKEA Indonesia Luncurkan Koleksi Fashion
Lalu, Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,17 persen ke level 6.068,44. Di mana, sejak awal perdagangan kemarin, Indeks cenderung bergerak tertekan. Itu menyusul hasil FOMC Meeting bank sentral Amerika Serikat (the Fed) memproyeksi suku bunga akan naik lebih cepat pada 2023, dan menaikkan proyeksi inflasi tahun ini menjadi 3,4 persen sehingga semakin memperkuat isu tapering off.
Karena itu, Salvian Fernando, Equity Research Analyst Victoria Sekuritas memprediksi pada perdagangan Jumat (18/6), Indeks akan bergerak sideways dengan support 6.026, dan resisten level 6.118. Perdagangan hari ini akan diwarnai dengan reaksi investor terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) kemarin.
Baca juga: IKEA Indonesia Luncurkan Koleksi Fashion
Di mana, BI mempertahankan BI7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5 persen. Beberapa saham secara teknikal layak untuk diperhatikan antara lain Bank Tabungan Negara (BBTN), Bank Syariah Indonesia (BRIS), Bekasi Fajar Estate (BEST), dan Integra Indocabinet (WOOD). (abg)