indoposnews.co.id – PT Bank Ina Perdana (BINA) membanderol harga pelaksanaan rights issue Rp4.200-4.380 per saham. Menyusul harga itu, dengan melepas maksimum 282,71 juta lembar, perseroan berpotensi meraup dana taktis Rp1,238 triliun. Berdasar prospektus right issue Bank Ina di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (16/9) jumlah saham baru itu, mewakili 4,76 persen dari modal ditempatkan disetor penuh. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharap menurunkan pernyataan efektif right issue pada 27 Oktober 2021.
Anthoni Salim, melalui PT Indolife Pensiontama sebagai pemegang saham pengendali, telah menyatakan akan melaksanakan right issue yang menjadi haknya. Dengan begitu, usai pelaksanaan rights issue, porsi saham PT Indolife Pensiontama akan meningkat menjadi 23,33 persen dari saat ini hanya 22,47 persen. Selanjutnya, setiap pemegang 20 saham lama dengan nama tercatat pada daftar pemegang saham perseroan pada 8 November 2021 pukul 16.00 WIB berhak atas satu HMETD (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu). Setiap satu HMETD memberi hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru dengan harga tebus Rp4.200-4.380 per saham.
Baca juga: Lenovo IdeaPad Slim 5 Pro, Simak Keunggulannya
Pemegang saham lawas yang absen pada aksi itu, persentase kepemilikan sahamnya akan mengalami dilusi (terpangkas) maksimum 4,76 persen. ”Dana hasil right issue untuk modal kerja dalam hal pelaksanaan kegiatan operasional, pengembangan usaha,” tutur Ria Sari Sidabutar, Corporate Secretary Bank Ina Perdana, kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (16/9).
Alokasi itu, sesuai strategi perseroan untuk menerapkan digitalisasi proses bisnis. Adapun dengan dana dari hasil rights issue itu, perseroan juga memenuhi persyaratan modal inti yang ditetapkan OJK dalam Peraturan OJK No. 12/2020 mengenai Konsolidasi Bank Umum. (abg)