indoposnews.co.id – PT Bank Negara Indonesia (BBNI) akan menebar dividen tunai Rp2,27 triliun. Besaran dividen itu, diambil 25 persen dari laba bersih edisi 2021 sejumlah Rp10,89 triliun. Pemegang saham akan membawa pulang dividen Rp146 per lembar.
Sementara itu, BNI akan menyetor dividen ke kas negara Rp1,63 triliun. Itu mewakili kepemilikan saham pemerintah sebanyak 60 persen. Dan, sisa 40 persen atau setara Rp1,09 triliun untuk investor non-pemerintah.
Baca juga: Beres Private Placement, Buana Lintas Rancang Right Issue 4 Miliar Lembar
Nilai dividen tahun buku 2021 itu, melesat 3,3 kali lipat dari dividen edisi 2020 hanya Rp820 miliar. Lalu, nilai dividen per lembar Rp146, juga naik tiga kali lipat lebih dibanding periode tahun lalu Rp44 per lembar. Tahun lalu, pemerintah mendapat porsi dividen Rp492 miliar, dan publik 40 persen Rp327 miliar.
Sepanjang tahun lalu, BNI mencatat laba bersih Rp10,89 triliun atau tumbuh 232,2 persen year-on-year (yoy). Realisasi kinerja itu, tiga kali lipat dari profit tahun 2020 alias melampaui ekspektasi pasar. Laba bersih itu, didapat dari pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) tumbuh 14,8 persen menjadi Rp31,06 triliun.
Baca juga: Waskita Karya Perkuat Modal Trans Jabar Toll Rp84,35 Miliar
Peningkatan pendapatan operasional dihasilkan dari pertumbuhan kredit sehat 5,3 persen yoy atau menjadi Rp582,44 triliun. Net interest margin di level 4,7 persen, dan pendapatan berbasis komisi alias fee based income (FBI) tercatat 12,8 persen yoy. Pendorong kredit yaitu penyaluran sektor bisnis banking terutama pembiayaan segmen korporasi swasta tumbuh 7,6 persen menjadi Rp180,4 triliun.
Segmen komersial tumbuh 10,4 persen menjadi Rp40,9 triliun, segmen kecil juga tumbuh 12,9 persen dengan nilai kredit Rp95,8 triliun. Secara keseluruhan kredit bisnis banking tumbuh 4,5 persen menjadi Rp482,4 triliun.
Baca juga: Keren, Bos Bayan Resources Borong Saham Rp1,28 Triliun
Sementara sektor consumer credit, tumbuh terbesar yaitu kredit payroll, dengan jaminan gaji yaitu naik 18,3 persen menjadi Rp35,8 triliun. Kemudian kredit kepemilikan rumah (KPR) tumbuh 7,7 persen menjadi Rp49,6 triliun. Secara keseluruhan kredit konsumen tumbuh 10,1 persen menjadi Rp99 triliun. (abg)