indoposnews.co.id – PT Sampoerna Agro (SGRO) kembali membukukan kinerja cemerlang kuartal kedua tahun ini. Hasil itu, ditoreh di tengah pandemi, dan ketidakpastian global. Lalu, volatilitas harga minyak sawit berjangka begitu tinggi. Awal tahun ini, fluktuasi harga komoditas pada kisaran RM3.700-3.800 per ton. Akhir Januari, minyak sawit berjangka Bursa Derivatif Malaysia turun menjadi Rp3.200 per ton. Kemudian medio Mei, anjlok 25 persen dari level puncak sekitar Rp4.500 per ton. Dan, pertengahan Juni menembus di bawah level RM3.400 per ton.
Perseroan sukses meningkatkan harga jual rata-rata minyak sawit atau crude palm oil (CPO) secara beruntun lima bulan. Tepatnya, dari sekitar Rp9.500 per kg pada Januari menjadi Rp10.800 pada Juni 2021. Harga jual rata-rata CPO paruh pertama 2021 mencapai Rp10 ribu per kg, naik 19 persen dibanding periode sama tahun lalu.
Baca juga: Integrasi Pelindo, Indonesia Kendaraan Huni Klaster Nonpeti Kemas
Harga jual inti sawit (PK) sebagai produk penyumbang penjualan terbesar kedua meningkat lebih baik. Harga jual rata-rata PK sebesar Rp6.700 per kg, atau 47 persen lebih tinggi dibanding periode sama tahun lalu. Volume penjualan CPO meningkat 38 persen, dan PK melesat 31 persen. Kedua produk itu, berkontribusi 95 persen terhadap penjualan konsolidasian mencapai Rp2.666,64 triliun, atau 66 persen dari periode sama tahun lalu.
Total produksi tandan buah segar (TBS) termasuk pembelian dari pihak eksternal mencapai 969.131 ton, meningkat 36 persen dibanding periode sama tahun lalu. Lonjakan itu, terutama ditunjang kebun wilayah Sumatera Selatan tercatat 611.700 ton atau melonjak 55 persen. Sedang produksi kebun wilayah Kalimantan naik 12 persen menjadi 357.431 ton dari periode pada sama tahun lalu.
Baca juga: Mantap, FKS Food Sejahtera Berbalik Laba Rp14,12 Miliar
Penyumbang penjualan terbesar ketiga yaitu kecambah bermerk dagang DxP Sriwijaya menduduki pangsa pasar posisi kedua terbesar Indonesia. Penjualan DxP Sriwijaya tercatat Rp73,3 miliar, atau 3 persen dari total penjualan konsolidasian. Penjualan DxP Sriwijaya tahun ini melonjak 118 persen dibanding periode sama tahun lalu. Faktor pemicu itu, lonjakan volume penjualan mencapai 104 persen atau sekitar 8,6 juta kecambah. Upaya peningkatan daya saing akan terus dijalankan manajemen. Misalnya, peningkatan kualitas posisi keuangan, dan kinerja operasional. Selain itu, juga terus berkomitmen menerapkan ESG, dan tata kelola perkebunan terbaik.
Prospek bisnis perseroan ke depan cukup baik. Itu didasari profil tanaman sawit masih berada dalam masa produktif. Ditunjang kegiatan intensifikasi kebun masih berjalan beberapa tahun ke depan. Selain itu, ada peningkatan produksi dari kebun inti, dan proporsi panen makin merata turut menambahkan optimisme manajemen. ”Saat ini, kami makin optimistis kinerja hingga semester kedua 2021 akan tetap baik,” tutur CEO Sampoerna Agro Budi Halim.
Baca juga: Rajin, Bos Blue Bird Kembali Borong Saham Miliaran Rupiah
Alasannya, pertama perseroan berpandangan harga minyak sawit akan bertahan pada level lebih tinggi dibanding tahun lalu. Pasalnya, situasi persediaan global minyak sawit belum pulih sejak awal tahun. Kemudian, pertumbuhan volume produksi telah diantisipasi tahun ini akan terus menunjang kinerja. Itu selaras pemulihan produksi seiring cuaca bersahabat beberapa waktu terakhir. Lalu, profil tanaman masih menuju puncak produktivitas. Selain itu, produsen sawit Indonesia kini juga lebih kompetitif sejak ada penurunan tarif pungutan ekspor terhadap produk sawit oleh pemerintah pada akhir Juni. Harga perdagangan minyak sawit pasar domestik telah menguat lebih dari 30 persen enam minggu terakhir. (abg)