indoposnews.co.id – SALAT gaib dilakukan di begitu banyak masjid di Indonesia Jumat kemarin. Pun di masjid desa di pelosok Gondang, Pacet. Usai salat Jumat. “Alhamdulillah 63 mahasiswa kita di Maras selamat,” ujar Hammam Ishthifaulloh, ketua persatuan pelajar mahasiswa di Kahramanmaraş, bagian selatan Turki. Kota Marash –begitu nama aslinya– adalah kota paling parah di bencana gempa bumi tektonik 2023 ini.
Mengagetkan: jumlah korban terus bertambah secara drastis. Hari pertama tercatat hanya 2.000 lebih meninggal dunia. Sampai kemarin sudah lebih 21.000 orang tewas. Hamam, asli Semarang, kuliah di Kahramanmaraş Sütçü İmam Üniversitesi. Ia ambil jurusan ekonomi. Ketika gempa terjadi, Hamam lagi di asrama. Sebuah bangunan empat lantai di pusat kota Marash. “Saya lagi main HP. Tiba-tiba terjadi gempa,” ujarnya saat saya telepon tadi malam.
Main HP pada jam 04.16 pagi? “Malam itu saya kurang bisa tidur. Bangun-bangun terus,” ujar Hamam. Begitu terguncang, Hamam langsung lari keluar. Ia segera menghubungi semua mahasiswa Indonesia di Marash. Saat itu juga Hamam tahu, semuanya selamat. Ia juga langsung berkoordinasi dengan Kedubes RI di Ankara. Semua mahasiswa diungsikan ke Wisma Indonesia di ibu kota Turki itu. Keesokan harinya. Naik dua mobil besar.
Baca juga: Kloning Salam
Sejauh 5 jam ke arah utara. Hamam lulusan SMA Islam Terpadu IHSANUL FIKRI Magelang. Ayahnya seorang guru. Ia pilih kuliah di Maras dengan logikanya sendiri: masih sedikit mahasiswa Indonesia di kota ini. Kenapa korban gempa ini begitu besar? Bukankah skala gempa ini 7,8 SR? (Gempa Lombok 2018: 7 SR). “Banyak sekali gedung 4 lantai atau lebih tinggi lagi,” ujar Hamam. “Juga karena ada gempa susulan yang juga keras sekali,” tambahnya.
“Bersyukur kota ini jauh dari laut. Tidak terjadi tsunami,” tambahnya. Kota Marash sangat terpencil –dilihat dari Istanbul. Nama kota Marash ditambah dengan ”Kahraman” di depannya untuk menghormati peranan kota itu di sejarah perjuangan Turki. Marash kota Pahlawan. Kahraman. Mati-matian mempertahankan kedaulatan Turki masa lalu. Kota Marash ada di jalur perlintasan berbagai peradaban dunia.
Kota-kota sekitar Marash adalah kota-kota berperadaban tua. Di zaman apa pun peranannya sangat penting. Terutama sebelum hadirnya lalu-lintas laut dan udara. Kawasan ini penghubung antara Eropa (Roma), dan Istanbul ke Jerusalem, dan Asia Tengah. Aleppo tidak jauh di selatan Marash, kota paling metropolitan zaman itu. Aleppo, kota penting di Syria. Ketika Aleppo hancur di perang Syria belakangan, pengungsi membanjir ke utara. Ke Turki.
Baca juga: Show of Force Banser
Termasuk ke kota Marash. Begitu banyak pengungsi Syria di Marash. Mereka lari dari kekejaman perang. Kini mereka menjadi korban kekejaman gempa. Marash, dan 9 provinsi sekitarnya paling parah menderita gempa. Gempa itu sampai ke Syria bagian utara. Dari Marash hanya 2 jam ke perbatasan Syria dengan mobil. Meski Marash tergolong kota kecil di Turki (berpenduduk 500 ribu orang) ada universitas yang unik: pusat kajian tafsir-tafsir Quran Indonesia.
Muhammad Aqilsyah juga memilih kuliah di Marash. Aqil memilih jurusan sejarah Turki. Marash, pusat sejarah Turki. Aqil asli Condet, Jakarta Selatan. Ia alumni madrasah di Bogor, didirikan tokoh Muhammadiyah, Bahtiar Nashir. Aqil menghafal Quran di pondok itu. Ia sudah hafal 23 juz ketika harus berangkat ke Maras. Ayahnya sudah meninggal. Ibunya punya kios kain di Depok. “Saya lagi mainan HP ketika gempa terjadi,” ujar Aqil.
“Saya belum tidur sepanjang malam itu,” tambahnya. Aqil main HP dini hari itu juga untuk, katanya, mengapresiasi dirinya sendiri. Sudah seminggu terakhir otaknya terkuras. Bahkan sejak sebelum itu. Minggu lalu adalah minggu ujian. Ujian baru saja selesai. Ketika gempa terjadi, Aqil tidak langsung lari. Ia tinggal di lantai 2 asrama empat lantai. Asramanya tidak rusak. Padahal di pusat gempa. Hanya lemari bergeser. Dan lemari buku terempas.
Baca juga: Elastisitas Fikih
Setelah terjadi gempa susulan, Aqil turun dan menuju halaman. Lalu menelepon ibunya di Depok. Ada 6 mahasiswa Indonesia lainnya di asrama yang sama. Mereka lantas mengungsi ke kampus. Semua mahasiswa Indonesia kumpul di kampus. Untuk diungsikan ke Wisma Indonesia di Ankara. Kota Marash tidak hanya pusat peradaban.
Ternyata Marash juga pusat gempa. Kota itu persis di segitiga patahan bumi. Tanah Arab di selatan bergerak ke utara: membentur daratan Turki. Lalu daratan Turki itu bergeser ke barat. Begitulah ahli gempa menjelaskan ke berbagai media dunia. Turki telah membantu dunia akibat perang di Ukraina. Kini dunia membantu Turki. Dunia harusnya begitu. (Dahlan Iskan)