indoposnews.co.id – Pertamina diserbu pertanyaan soal Pertalite setelah sebelumnya menaikkan harga Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex hingga LPG 12 Kg.
Mengenai situasi tersebut, Pertamina kemudian mengungkapkan soal kondisi terkini Bahan Bakar Minyak atau BBM jenis Pertalite pada awal Juli 2022 ini.
Di tengah gempuran kenaikan harga Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex hingga LPG 12 Kg, Pertamina berjanji jika pihaknya tak akan ikut menaikkan harga BBM jenis Pertalite.
Hal tersebut ternyata tak cuma berlaku pada BBM jenis Pertalite saja.
Namun Pertamina melalui Pertamina Patra Niaga juga mengatakan bahwa pihaknya tak akan ikut menaikkan harga solar dan gas LPG dengan berat 3 Kg.
Sebelumnya, Pertamina disebut menaikkan harga Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex hingga LPG 12 Kg karena melonjaknya harga Indonesian Crude Price (ICP) serta Contract Price Aramco (CPA).
Akan tetapi dengan kondisi harga ICP dan CPPA yang masih tinggi, Pertamina mengusahakan agar BBM jenis Pertalite dan LPG 3 Kg tak akan turut mengalami kenaikan harga. Kebijakan Pertamina takkan naikkan harga dari Pertalite ini disampaikan oleh Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting dalam keterangan resminya pada Minggu, 10 Juli 2022.
“Pemerintah melalui Pertamina terus menjaga daya beli masyarakat dengan menjaga ketersediaan energi dengan harga yang terjangkau,” tuturnya.
“Jadi Pertalite, Solar, dan elpiji tiga kilogram dijual dengan harga yang tetap,” ujar Irton menjelaskan.
Meskipun takkan ada kenaikan untuk Pertalite, bukan berarti penyesuaian harga BBM takkan terjadi.
Irto menyatakan hanya akan melakukan penyesuaian harga untuk produk bahan bakar khusus (BBK) atau BBM non-subsidi seperti Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite.
Serta elipi non subsidi bright gas. Selain itu, Irto juga menyatakan nasib dari BBM jenis lainnya, salah satunya Pertamax.
“Saat ini penyesuaian kami lakukan kembali untuk produk Pertamax Turbo dan Dex Series yang porsinya sekitar lima persen dari total konsumsi BBM nasional,” ujarnya lagi.
” Serta produk elpiji non-subsidi yang porsinya sekitar enam persen dari total konsumsi nasional,” kata Irto menjelaskan (mid)