Indoposnews.co.id – Biennale Jogja XVI Equator #6 2021 dibuka oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga uno. Sandiaga mengapresiasi gelaran Biennale Jogja XVI Equator #6 2021.
”Biennale Jogja XVI ini cerminan bagi pemerintah dalam memberikan ruang seni dan budaya yang memiliki daya tarik wisata sehingga dapat mendorong pergerakan ekonomi daerah,” ujar Sandiaga Uno melalui keterangan resminya, Rabu (6/10).
Pria yang juga dewan pembina Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs) ini melihat Biennale Jogja dapat mendorong negara Indonesia untuk terlibat lebih dalam menjalin kerja sama dengan berbagai negara di garis khatulistiwa terkait perkembangan seni dan budaya global. ”Biennale Jogja bisa menjadi salah satu pilarnya,” ujar mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Sementara itu, Dirjen Kebudayaan kementrian pendidikan dan kebudayaan Dr. Hilmar Farid mengapresiasi Konsep Biennale Jogja yang selalu melibatkan negara-negara. Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa gagasan- gagasan seni bangsa kita menjelajah dan memengaruhi bangsa lain.
Baca juga : Biennale Jogja XVI Digelar Secara Daring
“Ada upaya besar untuk membawa situasi kita hari ini dalam pemikiran dan pameran. Di masa pandemi, penyelenggaran pameran ini menegaskan bahwa keterbukaan dan kesahajaan bukan sekadar laku, tetapi juga kebutuhan untuk bertahan hidup. Semoga bisa menginspirasi seni rupa kita ke depan,” ujarnya.
Direktur Biennale Jogja XVI Equator #6 2021 Gintani Nur Apresia Swastika mengatakan kegiatan ini melibatkan 34 seniman, dan komunitas dari berbagai daerah dan negara, seperti Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Tangerang Ambon, Jayapura, Maluku Utara, Kaledonia Baru, Auckland, New Zealand, Australia, Timor Leste, Belanda, Jepang, Hongkong, Taiwan, dan Korea.
Bersamaan dengan gelaran pameran, disuguhkan lebih dari 70 agenda pengiring. Nyaris setiap hari akan ada agenda yang sebagai upaya aktivasi pameran.
“Mempertimbangkan banyaknya seniman dan kegiatan yang dihelat, kami membagi kegiatan pameran di 4 lokasi, yaitu Jogja National Museum sebagai venue pameran utama, yang mengangkat tema Roots<>Routes, kemudian Pameran Arsip Biennale Jogja di Taman Budaya Yogyakarta, yang merangkum gagasan dan dinamika sepanjang 10 tahun penyelenggaraan Biennale Jogja seri Khatulistiwa serta dengan apik menghadirkan Museum Khatulistiwa. Pameran lainnya adalah Bilik Negara Korea dan Taiwan di Museum dan Tanah Liat dan Indie Art House,” ujar Gintani Nur Apresia Swastika. (ash)
Baca juga : Sandiaga Uno Ajak Ekonomi Kreatif Depok Berinovasi dengan Konten Digital