indoposnews.co.id – Turnitin, penyedia solusi integritas akademik terkemuka dunia, mengaktifkan kemampuan AI dalam mendeteksi tulisan. Teknologi itu, mengidentifikasi penggunaan peranti penulisan berbasis AI termasuk ChatGPT, dengan tingkat kepercayaan 98 persen, memungkinkan para pengajar menganalisis, dan meninjau keaslian karya akademik.
Turnitin mulai menggarap kemampuan deteksi untuk GPT3, teknologi mendasari banyak aplikasi penulisan berbasis AI, dua tahun sebelum ChatGPT rilis. Dikembangkan untuk membantu pengajar, dan lembaga akademik mengidentifikasi keberadaan teks dihasilkan AI dalam tulisan siswa, kemampuan mendeteksi tulisan AI diintegrasikan dalam sistem Turnitin, dan dapat diakses melalui sistem manajemen pembelajaran. Terpenting, para pengajar telah menggunakan Turnitin tidak butuh langkah tambahan untuk mengaktifkan.
Baca juga: Perkuat Integritas Akademik, UT Perbarui Kemitraan Bersama Turnitin
Nah, lebih dari 10.700 lembaga pendidikan, dan 2,1 juta pengajar akan dengan cepat mengevaluasi keberadaan teks dihasilkan AI, dan memberi umpan balik dalam alur kerja Turnitin yang gunakan saat ini. Detektor AI Turnitin memberi ukuran evaluatif tentang berapa banyak kalimat dalam tulisan dikirim bisa jadi dihasilkan kecerdasan buatan, dapat digunakan pengajar untuk menentukan apakah peninjauan, penyelidikan, atau diskusi lebih lanjut dengan siswa diperlukan. Kemampuan deteksi tulisan AI Turnitin tersedia dalam produk, dan solusi sudah ada, termasuk: Turnitin Feedback Studio (TFS), TFS with Originality, Turnitin Originality, Turnitin Similarity, Simcheck, Originality Check, dan Originality Check+.
”Para pengajar mengatakan kemampuan mendeteksi teks tertulis buatan AI secara akurat prioritas pertama. Para pengajar harus dapat mendeteksi AI dengan kepastian sangat tinggi untuk menilai keaslian karya siswa, dan menentukan cara terbaik untuk penanganan,” tutur Chris Caren, CEO Turnitin.
Baca juga: Gandeng Turnitin, UNNES Meningkatkan Integritas Akademik di Indonesia
Sama penting, teknologi pendeteksian itu menjadi bagian mulus dari alur kerja, ditindaklanjuti dengan mengintegrasikan kemampuan pendeteksian AI dalam solusi Turnitin. Akademisi, pengajar, dan administrator universitas Asia Tenggara sangat menyadari potensi dampak AI seperti ChatGPT. ”Para pengajar Indonesia menyadari AI dapat berdampak terhadap kualitas pekerjaan siswa, dan pengalaman belajar. Namun, komunitas menganggap AI dapat menjadi kekuatan untuk kebaikan, ketergantungan tinggi pada teknologi dapat menghambat pemikiran kritis, dan integritas akademik merupakan nilai inti untuk pengembangan masyarakat,” jelas James Thorley, Wakil Presiden Regional Turnitin Asia Pasifik.
Untuk membantu komunitas pendidikan menavigasi dan mengelola teknologi baru, Turnitin telah menerbitkan halaman sumber daya penulisan AI. Halaman web tersedia untuk umum diperbarui secara berkala dengan sumber daya praktis dari Tim Pengajaran, dan Pembelajaran perusahaan. Terdiri dari mantan pengajar maupun masih aktif. Sumber daya saat ini mencakup glosarium istilah AI, panduan untuk memperbarui kebijakan integritas akademik era AI, dan rubrik penyalahgunaan AI dapat diunduh untuk membantu pengajar secara proaktif mengantisipasi potensi penggunaan AI dalam tugas menulis.
Baca juga: Pentingnya Pendidikan Karakter Ditanamkan Sejak Dini
Halaman itu, juga melaporkan kemajuan dalam penyempurnaan kemampuan deteksi seiring teknologi penulisan AI terus berkembang. Selama 25 tahun, Turnitin telah menjadi mitra tepercaya para pengajar, memberikan masukan tentang tulisan siswa, dan membantu menegakkan standar integritas akademik bagi lebih dari 16 ribu lembaga pendidikan pada 140 negara seluruh dunia. (abg)