indoposnews.co.id – Garuda Indonesia (GIAA) mengikuti jejak Goto Gojek (GOTO). Yaitu, dalam hal auto rejection bawah (ARB). Dua hari berselang lepas dari jebakan suspensi, saham Garuda Indonesia menjalani ARB dua kali beruntun.
Sepanjang perdagangan hari ini, Kamis, 5 Januari 2023, saham emiten aviasi itu, drop 13 poin menjadi Rp175 per lembar. Mengalami koreksi 6,91 persen mengulangi ARB hari kemarin menjadi Rp188 per helai.
Baca juga: Terkikis, Chairul Tanjung Kini Kempit 8 Persen Saham Garuda Indonesia
Saham Garuda Indonesia menyentuh level tertinggi Rp183, terendah Rp175, dan rata-rata beredar di posisi Rp175. Sepanjang perdagangan saham Garuda Indonesia ditransaksikan 109.022 lot senilai Rp1,91 miliar dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp16,01 triliun.
Sebelumnya, Garuda merampungkan restrukturisasi kinerja usaha diintensifkan sejak akhir 2021 lalu. Perampungan restrukturisasi itu, salah satunya ditandai penerbitan surat utang baru, dan sukuk baru pada 28-29 Desember 2022 sebagai rangkaian akhir dari aksi korporasi strategis untuk mencapai tanggal efektif berdasar perjanjian perdamaian telah dihomologasi Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 27 Juni 2022 lalu.
Baca juga: Belenggu Dibuka, Saham Garuda Indonesia Melesat 4,9 Persen
Efektivitas seluruh ketentuan perjanjian perdamaian itu, melengkapi implementasi berbagai tahapan fundamental lain telah dicapai Garuda melalui proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Dengan pemenuhan berbagai langkah strategis korporasi itu, Garuda siap mengimplementasikan perjanjian perdamaian secara efektif mulai 1 Januari 2023. ”Garuda sebagai entitas bisnis dengan landasan kinerja usaha sustain, dan solid menjadi tujuan utama langkah akseleratif merampungkan proses restrukturisasi. Kami mengapresiasi seluruh stakeholder terus mendukung upaya penyelesaian tahapan restrukturisasi,” tutur Irfan Setiaputra, Direktur Utama Garuda Indonesia.
Sejumlah tahapan strategis telah dilalui Garuda dalam proses restrukturisasi, mulai perolehan putusan homologasi atas perjanjian perdamaian oleh PN Jakarta Pusat, termasuk memaksimalkan langkah renegosiasi beban sewa pesawat, restrukturisasi utang jangka panjang, dan instrumen kewajiban usaha lain. Selain itu, Garuda secara resmi telah menerima dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp7,5 triliun sebagai dukungan terhadap langkah penyehatan kinerja Garuda sebagai national flag carrier.
Baca juga: Restrukturisasi, Garuda Indonesia Jajakan Sukuk Baru USD78,01 Juta
Sejumlah tahapan fundamental perampungan proses restrukturisasi itu di antaranya melalui right issue maksimal 39.788.136.675 helai alias 39,78 miliar lembar atau senilai Rp7,79 triliun, meliputi realisasi PMN, dan partisipasi pemegang saham lain. Tahapan itu, kemudian dilanjutkan dengan private placement dengan pendistribusian saham dalam konversi utang 25.806.070.908 helai alias 25,8 miliar lembar senilai Rp5,05 triliun, termasuk didalamnya realisasi Obligasi Wajib Konversi (OWK).
Dengan serangkaian pendistribusian saham baru itu, tersebut, saat ini Garuda memiliki komposisi kepemilikan saham terdiri dari kepemilikan Pemerintah 64,54 persen, Trans Airways 7,99 persen, saham publik 4,83 persen, dan saham kreditur 22,63 persen. Melengkapi penuntasan tahapan penerbitan saham baru itu, Garuda juga telah menerbitkan sukuk baru sebagai bagian tindak lanjut restrukturisasi Garuda atas global sukuk senilai USD500 juta yang telah direstrukturisasi menjadi sukuk baru dengan nilai pokok USD78.019.580 bertenor jatuh tempo 9 tahun sejak diterbitkan. Adapun jumlah distribusi periodik 6,5 persen tunai atau, selama dua tahun pertama atas pilihan Trustee, 7,25 persen harus dibayar berbentuk natura alias payable in-kind (PIK).
Baca juga: Ogah Tebus Right Issue Garuda, Saham Chairul Tanjung Terkikis Jadi 11,37 Persen
Garuda juga telah menerbitkan instrumen surat utang baru, sebagai bagian dari skema restrukturisasi untuk kreditur terklasifikasi sebagai pemberi sewa, kreditor sewa pembiayaan, pabrikan pesawat, para vendor MRO, dan para kreditur utang usaha luar negeri berhak menerima surat utang baru sesuai Perjanjian Perdamaian dengan jumlah pokok awal USD624.211.705, bertenor jatuh tempo 9 tahun sejak diterbitkan. Sejalan berbagai langkah strategis itu, Garuda mencatat pertumbuhan kinerja positif, melalui pertumbuhan penumpang secara group hingga kuartal 3-2022 sebesar 37,05 persen menjadi 10.498.823 penumpang dibanding periode sama tahun lalu.
Trafik penumpang diperkirakan terus tumbuh hingga 30 persen menjelang penutup tahun 2022 dibanding periode November 2022. Itu terefleksi melalui pembukuan kinerja keuangan sejak pertengahan 2022 secara konsisten terus membukukan kinerja positif. Mulai dari optimalisasi ketersediaan alat produksi, hingga akhir tahun 2022, Garuda dapat mengoperasikan sekitar 53 armada.
Baca juga: Garuda Indonesia Right Issue Rp12,38 Triliun, Chairul Tanjung Ogah Terlibat
Pada 2023, Garuda menarget dapat mengoperasikan sedikitnya 66 armada di luar armada milik perseroan sebanyak 6 armada. ”Kami optimistis, tahun 2023 menjadi momentum Garuda bertransformasi menjadi entitas bisnis makin agile, adaptif, berdaya saing, dan tentu terus mengedepankan fokus profitabilitas kinerja usaha,” harap Irfan. (abg)