indoposonline.net – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy pernah menjadi seorang wartawan. Profesi sebagai wartawan dijadikannya sebagai salah satu cara untuk mencukupi kebutuhannya saat duduk dibangku kuliah.
Hal tersebut terungkap saat menyampaikan sambutan dalam acara Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) di Perpustakaan Nasional, Jumat (2/3). “Saya menjadi wartawan akhir tahun 70-an, ketika saya selesai sarjana muda,” ujar Muhajir Effendi.
Melalui profesi tersebut, Muhadjir tak lagi merepotkan kedua orang tuanya. Bahkan saat melanjutkan pendidikan selanjutnya dirinya membiayakan pendidikan seorang diri. “Untuk masuk ke doktoral (sebutan S1 atau sarjana penuh saat itu) saya sudah tidak lagi minta biaya dari orang tua. Hidup saya tergantung dengan dunia wartawan,” tutur Muhadjir.
Baca juga : Kementerian PUPR Bangun Dua Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Yogyakarta
Lebih lanjut dikatakan Muhadjir, pengalaman menjadi seorang wartawan sangat berharga bagi perjalanan hidupnya. Melalui prifesi tersebut, dirinya mampu membangun karakternya. “Karena itu, saya harus berterima kasih betul pada dunia wartawan. Karena saya besar dari dunia wartawan dan (dunia wartawan) punya andil besar dalam membentuk diri saya,” katanya.
Muhadjir menceritakan kisah seorang tukang cetak yang dianggap memiliki jasa saat dirinya berprofesi sebagai fotografer majalah mingguan di Jawa Timur. Sosok yang dimaksud bernama Pak Sarjib, penyedia jasa afdruk foto atau tukang cetak foto yang khusus melayani wartawan kala itu. “Saya punya pengalaman macam-macam terkait dengan foto berita ini. Suka dukanya banyak, dan kalau boleh saya sebut orang yang paling berjasa adalah Pak Sarjib,” ujarnya.
Sarjib tinggalnya di sebelah timur Kantor Kabupaten Malang. “Dia itu bisa diketok (diganggu) kapan saja. Jam 2 malam, dia akan buka untuk melayani saya dan teman-teman untuk mencetak foto. Saya sangat berterima kasih,” katanya. (fjr)