indoposnews.co.id – Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi harga pasar obligasi pemerintah alias Surat Berharga Negara (SBN) tenor menengah-pendek (2-5 tahun) dapat menguat dalam waktu dekat. Itu ketika kondisi pasar surat utang masih cukup fluktuatif seperti sekarang.
Karinska Bella Priyatno, Fixed Income Analyst Mirae Asset, mengatakan harga SBN tenor pendek diprediksi masih berfluktuasi dengan tingkat imbal hasil (yield) pada level 6,2-6,35 persen. Dengan begitu, pelaku pasar bisa memanfaatkan fluktuasi tersebut untuk mendulang keuntungan.
“Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, terlihat pasar lebih fokus pada seri tenor menengah dan pendek, terutama seri-seri FR0101, FR0100, PBS030, PBS032, SPN, dan SPSN,” ujar Bella dalam Media Day March 2024, 27 Maret 2024.
Baca juga: Terkikis 19 Persen, Laba Antam Tersisa Rp3,07 Triliun
Pergerakan harga, dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Sejak awal tahun, instrumen fixed income tenor menengah-pendek masih menjadi pilihan utama pelaku pasar. Pemilihan tenor menengah-pendek itu, untuk memanfaatkan volatilitas pasar terjadi karena tenor menengah-pendek lebih sensitif, dan fluktuatif dibanding tenor lebih panjang.
Saat ini, investor juga lebih memilih instrumen obligasi tenor pendek, dan memanfaatkan jadwal jatuh tempo sudah dekat sehingga risiko pelaku pasar lebih terjaga. Pada dasarnya fluktuasi pasar instrumen pendapatan tetap (fixed income) saat ini masih sangat tergantung dari data makroekonomi khususnya dari AS.
Baca juga: Koreksi Minimalis, Laba Mitrabahtera Tersisa USD24 Juta
Namun, kemungkinan perosotan suku bunga acuan global, dan domestik masih menjadi tema besar tahun ini. Suku bunga global masih tinggi tetap tidak menurunkan daya tarik SBN karena tingkat imbal hasil (yield) real SBN Indonesia tenor 10 tahun berada di kisaran 3,9 persen masih cukup menarik.
Menurut dia, faktor utama adalah inflasi terjaga pada 2,75 persen pada Februari. Real yield itu, masih lebih tinggi dibanding negara tetangga seperti Malaysia, China, dan India. Saat ini, selisih (spread) antara SBN tenor 10 tahun dengan Obligasi AS (US Treasury) tenor 10 tahun sudah menyempit 236 basis poin (bps). Besaran 100 bps setara dengan 1 persen.
Penyempitan selisih yield kedua instrumen itu menunjukkan pelaku pasar cukup prudent terhadap obligasi Indonesia dibanding negara-negara lain. Tenor 10 tahun adalah salah satu tenor acuan untuk pasar obligasi bersama dengan tenor 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun.
Baca juga: Nyungsep 142 Persen, Timah Berbalik Tekor Rp449,69 Miliar
“Harga obligasi pemerintah tenor 10 tahun bisa naik, sehingga yield saat ini ada di level 6,5-6,7 persen, nanti untuk akhir semester II/2024 akan bisa turun ke posisi 6 persen,” tegasnya.
Rully Arya Wisnubroto, Chief Economist Mirae Asset, mengatakan keyakinan terhadap pasar obligasi tersebut tidak terlepas dari kondisi ekonomi Indonesia masih cukup tahan banting (resilient), meski di tengah situasi penuh dengan tantangan, dan ketidakpastian.
Dia mengatakan beberapa tantangan ke depan adalah suku bunga masih tinggi, dan ada tren inflasi pangan disebabkan kenaikan harga-harga bahan pokok. Dalam Media Day itu, turut hadir Nita Amalia, Head of Fixed Income, bersama dengan Rizkia Darmawan, Research Analyst. (abg)