indoposonline.net _ Menteri dalam negeri Prancis, Gerald Darmanin memerintahkan untuk meningkatkan kewaspadaan di sekitar tempat ibadah Muslim yang tengah menjalani ibadah ramadan. dirinya mengutuk keras perusakan pusat Islam dengan grafiti kebencian yang menimbulkan konflik lintas agama. “Prasasti anti-Muslim yang telah tertulis di pusat budaya dan agama ini tidak dapat diterima,” kata Gerald Darmanin dilansir kantor berita Anadolu, Senin (12/4).
Gerald Darmanin sempat kecewa dengan aksi coretan Islamofobia disejumlah Tempat sebelum dimulainya bulan suci Ramadhan. Darmanin mengatakan dia bepergian ke sana untuk menunjukkan solidaritas pemerintah Presiden Emmanuel Macron dengan komunitas Muslim.””Kebebasan beribadah di Prancis adalah kebebasan mendasar,” kata Gerald Darmanin saat berkunjung ke Pusat Kebudayaan Islam Avicenna di kota Rennes di barat laut Prancis,” katanya.
Baca Juga : Bandara Hang Nadim Batam “Disulap” jadi Hub Kargo Domestik dan Internasional
Dewan Ibadah Muslim Prancis (CFCM) mengatakan insiden di Rennes terjadi dua hari setelah serangan pembakaran masjid Arrahma di Nantes serta ancaman pembunuhan yang ditujukan kepada jurnalis Muslim Nadiya Lazzouni. Mereka menyalahkan meningkatnya tindakan anti-Muslim pada perdebatan yang sedang berlangsung seputar RUU yang mengkonsolidasikan prinsip-prinsip Republik tanpa pandang bulu yang menargetkan komunitas Muslim.
Dalam sebuah pernyataan, CFCM mengatakan perdebatan itu “sayangnya telah menjadi forum untuk pembenci dari semua lapisan.”katanya.
Ia menambahkan bahwa slogan-slogan Islamofobia adalah bagian dari gerakan separatis yang ideologinya menginspirasi Brenton Tarrant, yang menembaki dua masjid di Christchurch, Selandia Baru pada Maret 2019, menewaskan 51 orang, dan diteorikan oleh para intelektual Prancis.
“Separatisme ini dan mereka yang berperan penting dalam Islam saling memberi makan dan merupakan ancaman bagi negara kita dan sesama warga negara kita,”jelasnya. (mid)