indoposnews.co.id – Produsen pupuk NPK, Saraswanti Anugerah Makmur (SAMF) optimistis pertumbuhan kinerja hingga akhir 2021 sesuai proyeksi. Optimisme itu, seiring perbaikan harga minyak kelapa sawit mentah alias crude palm oil (CPO). Bahkan, harga CPO menyentuh angka tertinggi beberapa tahun terakhir.
Praktis, kondisi itu meningkatkan aktivitas perkebunan sawit. Efeknya, akan mendorong permintaan pupuk NPK. ”Kami optimistis mencapai target penjualan sepanjang tahun ini. Tahun ini, kami berharap bisa meraih pendapatan Rp1,8 triliun,” tutur Direktur Utama PT Saraswanti Anugerah Makmur Yahya Taufik, Senin (6/9).
Baca juga: Drop 8,06 Persen, Rata-Rata Volume Transaksi Harian hanya 19,89 Miliar Saham
Menilik fakta itu, rencana peningkatan kapasitas produksi Saraswanti terus digulirkan. Targetnya, pada awal triwulan kedua 2022, total kapasitas produksi terpasang perusahaan akan bertambah menjadi 700 ribu ton per tahun. ”Saat ini, permintaan pupuk NPK terus meningkat. Secara organik kebutuhan dalam negeri meningkat. Banyak sekali perkebunan besar melakukan pergeseran (shifting) dari pupuk tunggal ke NPK,” ulas Yahya.
Selain itu, optimisme perseroan juga ditopang mulusnya upaya vaksinasi Covid-19 pemerintah, dan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). ”Pelonggaran PPKM sangat berpengaruh bagi kelancaran logistik. Kami berharap ke depan kegiatan bisnis kembali berjalan lancar,” harap Yahya.
Baca juga: Refinancing, Intiland Development Pinjami Anak Usaha Rp245,46 Miliar
Perseroan juga berharap perizinan online terpadu via Online Single Submission (OSS) makin lancar. Dengan begitu, iklim kemudahan investasi di Indonesia terus membaik. Nah, sejumlah peranti di atas, Manajemen Saraswanti optimistis kinerja penjualan, dan laba hingga akhir tahun ini akan tumbuh di atas 20 persen.
Sekadar informasi, sepanjang semester I-2021, Saraswanti membukukan penjualan Rp711,88 miliar, tumbuh 14,10 persen dibanding realisasi periode sama tahun sebelumnya senilai Rp623,86 miliar. Lalu, laba tahun berjalan dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 20,93 persen menjadi Rp53,55 miliar dari periode sama 2020 di kisaran Rp44,28 miliar. (abg)