Indoposonline.NET – Mustika Ratu (MRAT) semester pertama 2021 mencatat penjualan bersih senilai Rp176,3 miliar. Meningkat Rp33,2 miliar atau 23,2 persen dibandingkan periode sama 2020 di kisaran Rp143 miliar. Gross profit terkumpul senilai Rp95,9 miliar, melesat 7,2 persen dibanding periode sama 2020, yakni Rp89,5 miliar. Laba usaha menyentuh level Rp6,87 miliar, menanjak 8,4 persen dibanding edisi sama 2020 sejumlah Rp6,34 miliar. Laba tahun berjalan mencapai Rp2,26 miliar, meningkat 55,9 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp1,45 miliar.
Pada semester itu, perusahaan berhasil memperoleh penjualan bersih dengan kenaikan 23,2 persen. Itu didorong penjualan produk perawatan diri Rp132,31 miliar. Angka itu, menyumbang 75,03 persen terhadap total penjualan bersih semester pertama 2021. Segmen produk kesehatan Rp43,40 miliar, kosmetik Rp25,18 miliar, produk jamu, dan minuman kesehatan Rp19,90 miliar. Nilai retur dan potongan penjualan 1,08 persen menjadi Rp44,47 miliar dari periode sama 2020 di kisaran Rp44,96 miliar. Kendati begitu, pertumbuhan laba tertahan lonjakan beban pokok penjualan Rp80,44 miliar, dari periode sama tahun lalu, beban operasional tercatat Rp53,55 miliar.
Baca juga: IKEA Indonesia Dibuka, Simak Ulasan Lengkapnya
Sementara itu, nilai aset hingga akhir Juni 2021 tercatat Rp566,68 miliar naik tipis 1,23 persen dibanding total aset akhir Desember 2020 sejumlah Rp559,79 miliar. Peningkatan penjualan disebabkan kenaikan penjualan khususnya pada sektor beauty 4,5 persen, dan healthcare 69,5 persen. ”Produk kedua sektor itu telah tersertifikasi. Perluasan jaringan distribusi. Fokus pada digitalisasi, dan optimalisasi aset,” tutur Jodi Andrea Suryokusumo Corporate Secretary Mustika Ratu, kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (24/8).
Manajemen melihat potensi pasar jamu modern indonesia. Di mana, produk herbal dan obat tradisional indonesia menggunakan setidaknya 90 persen bahan lokal. Berta pandemi, mendorong industri herbal untuk meningkatkan produksi dengan bahan alami. Berdasar data Euromonitor 2020, penjualan jamu dan obat herbal indonesia bisa tembus Rp23 triliun pada 2025. Itu menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap produk herbal dan jamu meningkat. Kondisi itu, ditandai lompatan penjualan produk herbal, dan jamu selama pandemi Covid-19. Karena itu, perusahaan melengkapi produk natural healthcare bisa memberi perawatan kesehatan secara holistik. Melakukan proses praklinis, dan uji klinis pada sejumlah produk perusahaan. (abg)