Indoposonline.NET – Bank Indonesia (BI) mencatat aliran dana asing masuk pasar domestik Rp11,23 triliun sepekan terakhir. Dana asing Rp9,89 triliun bersarang di pasar surat berharga negara (SBN), dan pasar saham Rp1,34 triliun.
Data dan fakta itu menunjukkan perpanjangan PPKM Level 1-4 hingga 9 Agustus 2021, tidak menyurutkan minat investor mancanegara menyemaikan modal dalam negeri. ”Itu berdasar data setelmen selama awal 2021, ada nonresiden beli neto Rp14,63 triliun,” tutur Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, Jumat, (6/8).
Baca juga: Gandeng Grab, Anteraja Perkuat Ekosistem Logistik Berbasis Aplikasi
Tingkat premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia lima tahun pada minggu pertama Agustus turun dari 80,42 basis points (bps) ke level 78,70 bps. Namun, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun naik ke posisi 6,27 persen. Itu seiring lompatan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) 10 tahun secara terbatas ke level 1,224 persen.
Sementara itu, nilai tukar rupiah ditutup ke level Rp14.353 per dolar AS (USD) pada perdagangan minggu ini. Kurs rupiah bergerak menguat 0,76 persen dibanding posisi penutupan minggu lalu di kisaran Rp14.463 per USD. Rupiah surplus pada Senin hingga Rabu, tetapi tertekan dua hari terakhir.
Baca juga: Kawal Momentum Perbaikan Ekonomi, Himbara Perkuat Sinergi
Pernyataan pejabat bank sentral AS The Federal Reserve (Fed) Rabu malam menjadi pendorong koreksi dua hari terakhir. The Fed mulai mempertimbangkan periode tingkat suku bunga rendah mendekati nol akan berakhir pengujung tahun depan. Itu berarti suku bunga Fed kemungkinan akan naik pada awal 2023.
Meski begitu, pengetatan stimulus akan didahului langkah the Fed mengurangi pembelian obligasi pemerintah tampaknya akan dilakukan Oktober tahun ini. Data ketenagakerjaan beberapa bulan terakhir menunjukkan perbaikan. Pada Juli ada 850 ribu tenaga kerja baru. Karena itu, the Fed berpeluang mengurangi pembelian obligasi pemerintah apabila data ketenagakerjaan pada Agustus, dan September kembali membaik.
Baca juga: Matahari Department Store Siapkan Dana Buyback Rp450 Miliar
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi kuartal dua 2021 tumbuh 7,07 persen. BPS mencatat seluruh komponen pengeluaran tumbuh positif. Konsumsi rumah tangga surplus 5,93 persen, konsumsi LNPRT naik 4,12 persen, konsumsi pemerintah menguat 8,06 persen, investasi 7,54 persen, ekspor 31,78 persen, dan impor tumbuh 31,22 persen.
BPS juga menyoroti pertumbuhan itu, belum menunjukkan perbaikan ke level sebelum pandemi. Maklum, salah satu pendorong pertumbuhan kuartal kedua karena ada base effect, tersebab perekonomian kuartal II 2020 menukik 5,32 persen. Selain itu, banding kuartal sebelumnya, pertumbuhan itu hanya 3,31 persen, masih di bawah rata-rata pertumbuhan periode sama tahun-tahun sebelum pandemi. (abg)