indoposnews.co.id – PT Panorama Sentrawisata (PANR) akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atawa rights issue. Maksimal rights issue dilakukan 1,2 miliar saham dengan nominal Rp50 per saham.
Selain itu, Panorama juga memberi pemanis berupa 400 juta waran sebagai insentif bagi pemegang HMETD yang mengeksekusi haknya. Rights issue untuk mendapatkan modal. Nanti, kalau pandemi Covid-19 sudah terkendali, modal itu, dimanfaatkan untuk menggeber bisnis. ”Harga, dan waktu pelaksanaan rights issue belum bisa kami tetapkan,” tutur Direktur Panorama Sentrawisata Angreta Chandra, pada public expose melalui virtual, Jumat (27/8).
Baca juga: Bumi Resources Cetak Laba Bersih USD90,9 Juta
Yang pasti untuk menunjang pengembangan bisnis, manajemen telah mendapat persetujuan pemegang saham untuk menggelar rights issue. Waktu pelaksanaan akan ditentukan pada saat tepat dalam waktu 12 bulan setelah persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS). Opsi penambahan modal melalui rights issue karena biaya lebih murah, dan tidak ada bunga. Selain itu, ada komitmen pemegang saham ikut dalam rights issue. Perseroan tidak melirik obligasi karena proses panjang, dan harus memiliki rating. Saat ini, mendapat rating menjadi suatu tantangan dalam penerbitan obligasi.
Mengenai bisnis, Panorama optimistis industri pariwisata segera pulih. Itu terefleksi dari perbaikan situasi negara-negara menjadi pasar inbound. Kemudian, sejumlah destinasi utama jualan perseroan sebagai paket wisata sudah siap. Perbaikan itu, antara lain travel restriction perlahan mulai dilonggarkan, border restriction dibuka, mobilitas berangsur normal, dan progress vaksinasi cepat beragam negara dunia termasuk Indonesia.
Baca juga: Berkat Jurus Ini, Krakatau Steel Kantongi Laba Bersih Rp609 Miliar
Pandemi juga mengakibatkan perilaku wisatawan berubah (change of travel behavior) dalam perjalanan liburan terutama memilih destinasi. Saat Ini, wisatawan lebih tertarik, dan lebih memilih destinasi memiliki banyak alam terbuka, kebudayaan, dan outdoor activities. Tentu dengan preferensi seperti itu, Indonesia diuntungkan karena secara geografis, dan pesona budaya sangat kaya. Tidak ketinggalan Indonesia memiliki populasi besar, dan terbiasa melakukan aktivitas traveling. Itu merupakan pasar domestik sangat besar.
Pada 2019 lalu, Panorama melayani 6,7 juta pengguna jasa domestik dan internasional. Baik pelanggan ritel, dan korporasi dalam jaringan ekosistem perseroan. Pertumbuhan pengguna jasa perseroan saat pandemi turun menjadi 2,4 juta tahun lalu, dan turun lagi ke level 1,4 juta pada semester pertama 2021. Pembatasan mobilitas merupakan faktor penekan kinerja perseroan.
Baca juga: Kantongi Restu Rights Issue, Weha Transportasi Jalankan Jurus Ini
Angreta Chandra, Direktur Keuangan Panorama mengaku telah melakukan langkah-langkah strategis pada situasi pandemi. Misalnya, melakukan right sizing, optimalisasi biaya operasional, restrukturisasi utang, perencanaan divestasi atas asset, dan portofolio bisnis kurang produktif. Perseroan mematok penurunan kerugian hingga ke level 50 persen pada akhir 2021, dan diharap bisnis mulai pulih dengan proyeksi pendapatan 60 persen dari tahun 2019, dan diproyeksi menghasilkan keuntungan secara Ebitda.
Saat ini, perseroan mempercepat pengembangan distribution channel, dan perluasan pasar melalui digital travel. Implementasi smart, dan efficient working environment juga dilakukan supaya lebih tangkas menangkap peluang, dan ramping. Perseroan optimistis kekuatan brand Panorama, kesiapan, profesionalisme karyawan, jaringan database pelanggan, dan dukungan mitra seluruh dunia akan menjadi kunci akselerasi pemulihan kinerja. “Masyarakat sudah merindukan liburan, mereka menunggu momen ketika beragam larangan dan persyaratan dicabut, itu kami yakini sebagai revenge travel atau balas dendam untuk liburan,” tegas Budi Tirtawisata Direktur Utama Panorama. (abg)