Indoposonline.NET – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi kembali mengorbit zona merah. Itu setelah Indeks gagal break out support moving average 5 hari. Kondisi itu, menjadi indikasi pelemahan lanjutan jangka pendek secara teknikal.
Selanjutnya, Indeks meniti jalur support pada level fibonacci retracement 6.074 hingga moving average 20 hari. Sinyal bearish momentum pada indikator stochastic, RSI pascagagal break out resistance, dan bergerak sebaliknya pulled back resistance awal pekan lalu.
Baca juga: Utang Terus Merangkak, Aman Belum 60 Persen PDB
Indikator MACD bergerak dengan span menyempit, sinyal line pada kondisi overvalue, dan divergence negatif dengan histogram. ”Secara teknikal Indeks berpotensi melanjutkan pelemahan terbatas pada support 6.047, dan resisten 6.107,” tutur Lanjar Nafi, Equity Technical Analyst Head of Research PT Reliance Sekuritas.
Saham-saham dapat dicermati secara teknikal antara lain Charoen Phokphand (CPIN), Delta Dunia Makmur (DOID), Japfa Comfeed (JPFA), Matahari Department Store (LPPF), Malindo Feedmill (MAIN), Tower Bersama Infrastruktur (TBIG), Timah (TINS), dan Chandra Asri (TPIA).
Baca juga: Bank Tabungan Negara Catat Laba Bersih Rp920 miliar
Menyudahi perdagangan Rabu (28/7), Indeks minus 0,14 persen atau 8.53 poin ke level 6.088,52. Itu terjadi setelah sempat dibuka pada zona hijau. Pergerakan Indeks cenderung terkonsolidasi negatif dengan saham BBRI, TLKM, dan BBCA menjadi penekan gerak Indeks. Investor asing lakukan aksi jual bersih Rp329,51 miliar di tengah aksi tunggu investor terhadap risalah pertemuan the Fed.
Indeks sektor infrastruktur minus 1,48 persen, dan Industri tekor 0,74 persen memimpin pelemahan sektoral. Angka penyebaran kasus Covid-19 kembali tembus di atas 40 ribu kasus menjadi konsen investor akan prospek, dan dampak PPKM darurat berakhir awal bulan depan pada kepercayaan investasi.
Baca juga: Memburuk, Astra Graphia Koleksi Pendapatan Rp1,25 Triliun
Sementara itu, bursa Asia berpotensi naik pada hari Kamis (29/7) setelah the Fed mengatakan akan lebih banyak kemajuan ekonomi untuk memulai pengurangan stimulus substansial. Investor mempertimbangkan upaya Tiongkok untuk memulihkan ketenangan setelah melakukan pengetatan peraturan.
Indeks future Asia naik saat investor menunggu apakah ekuitas akan pulih dari penurunan tajam dipicu tindakan keras China terhadap perusahaan swasta. Sedang harga komoditas energi naik dengan harga minyak, dan batubara kembali menguat satu persen. Begitu juga komoditas logam dipimpin penguatan Nikel dan Timah. (abg)