Indoposonline.NET – Sepanjang kuartal pertama 2021, PT M Cash Integrasi (MCAS) membukukan laba bersih Rp16,5 miliar. Jauh melesat dari periode sama 2020 dengan rugi bersih Rp183,4 miliar. Akhir Maret, posisi kas bersih tercatat Rp144,4 miliar.
Pendapatan tumbuh 11,8 persen menjadi Rp3,3 triliun dibanding periode sama 2020 di level Rp2,9 triliun. Itu didukung perluasan titik distribusi organik tumbuh 35,7 persen menjadi 227.465 dari periode sama 2020 di kisaran 167.675.
Baca juga: Asa Terakhir Usai Garuda Indonesia Gagal Bayar Sukuk USD500 Juta
Pendapatan segmen Software-as-a-Service (SaaS) tumbuh 446,9 persen menjadi Rp18,3 miliar. M Cash sukses mempertahankan profitabilitas operasional di tengah kondisi makro sulit, menunjukkan ketahanan model bisnis MCAS. Laba kotor menjadi 1,7 persen, turun dari periode sama 2020 sebesar 2,1 persen. Margin laba usaha tercatat 0,9 persen dari periode sama 2020 di posisi 1,2 persen.
Penurunan itu, mayoritas akibat peningkatan upaya pemasaran, promosi untuk menjaga pangsa pasar di tengah kondisi ekonomi sulit, dan peningkatan biaya penyusutan Rp6,4 miliar kuartal pertama 2021 dibanding periode sama 2020 sejumlah Rp2,9 miliar terkait dengan perluasan operasi.
Baca juga: Seriusi Bisnis Digital, Telkom Suntik Modal Gojek Rp6,4 Triliun
Namun, pada kuartal ini terlihat peningkatan efisiensi operasi dibuktikan dengan rasio biaya terhadap pendapatan meningkat menjadi 0,8 persen dari periode sama 2020 di kisaran 0,9 persen. Selain itu, juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam pengelolaan modal kerja. Itu dibuktikan dengan arus kas operasi meningkat secara signifikan menjadi Rp147,6 miliar dari periode sama 2020 di level Rp1,4 miliar.
MCAS Group memasuki bisnis Electric Vehicle (EV) dan layanan penukaran baterai pada Juni 2021. MCAS melalui anak perusahaan NFCX menggandeng PT SiCepat Ekspres Indonesia (SiCepat) untuk memasuki bisnis EV dengan membentuk perusahaan joint venture (JV), PT Energi Selalu Baru (ESB). Perusahaan JV itu, akan fokus pada distribusi sepeda motor listrik, penukaran baterai, dan layanan pendukung. ESB juga akan mengambil saham mayoritas di perusahaan manufaktur EV, PT Volta Indonesia Semesta (Volta).
Baca juga: Pompom Saham Marak, Ini Perisai Jitu Lindungi Investor
ESB bertujuan untuk meningkatkan penerimaan dan asimilasi penggunaan EV Indonesia dengan menyediakan distribusi sepeda motor listrik, dan layanan penukaran baterai, diberdayakan platform digital, dan teknologi Internet-of-Things (IoT). Volta akan menjadi rumah produksi utama sepeda motor listrik untuk ESB, sementara NFCX menyediakan, mengelola platform digital untuk registrasi, manajemen kendaraan, pembayaran, dan rewards. ESB akan memanfaatkan logistik dan kemampuan jaringan SiCepat, dan TFAS untuk merencanakan dan menyebarkan titik penukaran baterai. Perluasan jaringan penukaran baterai juga akan memanfaatkan jaringan toko ritel DMMX yang luas di seluruh Indonesia.
Setelah membangun jaringan distribusi luas produk, dan layanan digital, MCAS dapat menyebarkan kemampuan, koneksi ritel, dan infrastruktur teknologi untuk meningkatkan pelaksanaan usaha baru. Dengan begitu, M Cash mendapat keuntungan utama dalam membangun kesadaran produk atau layanan, dan aksesibilitas bagi usaha baru tersebut. Lebih penting lagi, dengan upaya intra-grup untuk menyelaraskan berbagai fungsi dalam layanan sama, M Cash yakin dapat memberi rangkaian produk lebih bernilai tambah akan menarik bagi pasar massal.
Baca juga: Lawan Covid-19, Bank Mega Aktif Jalankan Program Vaksinasi CT Corp
Sebagai contoh, pelanggan tidak hanya dapat membeli dan menggunakan EV, melainkan akan turut didukung platform digital untuk mengelola penggunaan, menikmati rewards untuk produk dan layanan digital. Dan, paling penting, dapat melakukan perjalanan dari satu tujuan ke tujuan lain dengan lancar.
Industri EV menghadirkan peluang pertumbuhan kuat bagi M Cash, dilatari populasi lebih sadar lingkungan, dan kebijakan pemerintah mendukung. Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) mematok Indonesia memiliki 374 ribu mobil listrik, 11,8 juta sepeda motor listrik, 6 ribu Stasiun Pengisian Listrik Tenaga Listrik (SPKLU), dan 17 ribu Stasiun Tukar Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) pada 2025.
Baca juga: Asing Borong Saham BRI Rp23 Miliar, IHSG Surplus 9,579 Poin
Pada 2030, jumlahnya diperkirakan akan tumbuh menjadi 2,2 juta unit untuk 4W, 13 juta unit untuk 2W, 32 ribu unit untuk SPKLU, dan 67 ribu unit untuk SPBKLU. Saat ini, sepeda motor listrik sudah dalam pengujian beta dengan lembaga pemerintahan, dan beberapa perusahaan swasta. Sepeda motor listrik, dan fasilitas pendukungnya diharap dapat dibuka untuk akses pasar massal pada akhir paruh kedua 2021. (abg)