• Redaksi
Senin, Juni 9, 2025
indoposnews.co.id
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • NEWS
    • Nasional
    • Politik
    • Nusantara
    • Hukum
    • Ibu Kota Negara
    • COVID-19 UPDATE
  • Ekonomi
    • Tekno
  • Olahraga
  • JABODETABEK
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Beauty
    • Health & Fitness
    • Hunian
    • Jalan- Jalan
    • Kids
    • Kuliner
    • Pendidikan
    • Otomotif
  • HIBURAN
    • selebritis
    • Musik
    • Film
      • Review Film
    • Televisi
    • Mancanegara
    • Bollywood
    • K – pop
    • Budaya
  • Opini
  • Indeks
  • Home
  • NEWS
    • Nasional
    • Politik
    • Nusantara
    • Hukum
    • Ibu Kota Negara
    • COVID-19 UPDATE
  • Ekonomi
    • Tekno
  • Olahraga
  • JABODETABEK
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Beauty
    • Health & Fitness
    • Hunian
    • Jalan- Jalan
    • Kids
    • Kuliner
    • Pendidikan
    • Otomotif
  • HIBURAN
    • selebritis
    • Musik
    • Film
      • Review Film
    • Televisi
    • Mancanegara
    • Bollywood
    • K – pop
    • Budaya
  • Opini
  • Indeks
No Result
View All Result
indoposnews.co.id
No Result
View All Result
Home Opini

Sahabat D-dimer

Sandy H by Sandy H
29 Mei 2021 05:21
dahlan iskan
Share on FacebookShare on Twitter

oleh Dahlan Iskan

 

Baca Juga

Ujung Tombak Apple

Amarah Beliung

Akhirnya Prabowo!

Emas Crazy

indoposonline.NET –  Dahlan Iskan – Sudah empat bulan saya sembuh dari Covid-19. Tapi, D-dimer saya masih tetap tinggi: 1.850. Padahal, seharusnya, maksimum hanya boleh 500.

Itu pertanda bahwa di darah saya banyak cendolnya. Cendol darah. Padahal, darah saya sudah encer. Saya minum pengencer darah. Sehari sekali. Plafix 75 miligram. Sejak 3 tahun lalu –sejak pembuluh darah aorta saya pecah sepanjang 50 cm.

Berarti pencendolan darah bisa juga terjadi di darah yang encer. Tidak harus saat terjadi pengentalan darah.

Yang dikhawatirkan adalah: banyak sel darah lainnya yang ”nggamplok” ke cendol-cendol itu. Sehingga cendol-cendolnya membesar. Lalu –ketika beredar bersama darah ke seluruh tubuh– nyangkut di salah satu bagian pembuluh darah kecil. Menyumbat di situ. Kalau penyumbatan itu terjadi di otak, bisa mengakibatkan stroke. Kalau di jantung, mengakibatkan gangguan jantung.

Saya sudah sembuh dari Covid. Ternyata belum.

Baca juga : Kenyataan Baru

”Itulah yang disebut long Covid,” ujar seorang dokter. ”Biasa juga disebut happy hypoxia,” katanya.

Saya pun sadar: berarti ini sangat berbahaya. Begitu banyak orang meninggal karena happy hypoxia –tidak dicatat meninggal akibat Covid. Padahal, penyebab tingginya angka D-dimer itu adalah Covid-19.

Saya sudah lama dinyatakan sembuh. Sudah negatif Covid-19. Angka antibodi saya juga sudah tinggi: di atas 200 –waktu meninggalkan rumah sakit dulu.

Hidup saya juga baik-baik saja. Tidak ada keluhan apa pun. Olahraga tiap hari –satu jam nonstop. Naik bus Surabaya–Jakarta pergi pulang. Setir mobil sendiri ke Jakarta tiga kali.

Saya happy-happy saja. 

Itulah happy hypoxia.

Berbagai upaya menurunkan D-dimer dilakukan dokter. Sejak di RS dulu. Gagal. Saya sendiri juga mengupayakannya. Dengan berbagai cara.

Waktu di RS, pertengahan Januari lalu, dokter memberi saya obat. Berupa tablet.

Tidak berhasil.

baca juga : Rumah Powerbank

Lalu ganti suntikan. Di perut. Sehari dua kali. Dengan suntikan Heparin. Kulit perut saya sampai hitam-hitam memar.

Berhasil. Turun. Sedikit. Lalu, tidak bisa turun lagi.

Dihentikan.

Saya tidak bertanya mengapa suntikan di perut itu dihentikan. Padahal, baru lima hari.

Diganti pil lagi: Xarelto.

Tidak berhasil.

Lalu, Covid saya pun negatif. Saya boleh meninggalkan RS. Apalagi, selama di RS saya juga tidak merasakan keluhan apa-apa. Seperti tidak terkena Covid sama sekali.

Saya pun meninggalkan RS dengan D-dimer tetap tinggi.

Di rumah, saya mencoba bermacam-macam jamu. Dari empon-empon Jawa.

Gagal.

Lalu, jamu Kalimantan.

Gagal.

Seorang teman dari Bima mengalami D-dimer tinggi. Ia minum obat yang membuat D-dimer-nya turun. Saya pun minum obat itu.

Tidak berhasil.

Ternyata teman tadi terlalu cepat memberi info ke saya. Dua hari pertama D-dimer-nya memang turun. Tapi, setelah itu ternyata naik lagi.

Tapi, obat teman itu terus saya minum. Saya sudah bertanya ke dokter: apa kandungan obat tersebut. Saya juga bertanya ke apoteker. Jawabannyi sama: kandungannya persis seperti Plavix.

Ya sudah. Saya minum saja terus. Sampai satu dus itu habis. Daripada minum Plavix. Harga obat itu hanya seperempat harga Plavix. Jauh lebih hemat. Nanti saja, setelah obat murah tersebut habis, saya kembali ke Plavix. Atau terus.

Saya pun sering tersenyum sendiri: kok D-dimer saya ini keras kepala sekali.

Lalu, saya ingat suntikan di perut itu. Yang membuat D-dimer saya pernah turun dari 2.600 ke 1.500. Turun 1.000 poin itu kan banyak. Kok dulu itu dihentikan. Jangan-jangan, saya pikir, kalau diteruskan, berhasil. Yang 1.500 itu turun lagi jadi 500.

Saya pun beli obat itu. Dengan resep dokter. Suster swasta datang ke rumah. Pagi dan sore. Menyuntikkannya di perut.

Kulit perut saya pun kembali hitam-hitam.

Setelah seminggu pun saya minta diteruskan. Lebih dari 15 hitam muncul di kulit perut saya. Jelek. Biarin. Rapopo.

Hari ke-10 saya ke lab. Diam-diam saya berharap banyak dari hasil lab itu: D-dimer turun ke 500. Atau di bawah itu.

Tidak.

Memang turun, tapi masih tinggi: 1.200.

Saya pun telepon ke suster itu: tidak perlu datang lagi. Suntikan dihentikan.

Dia bertanya kenapa.

Saya jawab tidak apa-apa.

Di balik tidak apa-apa itu saya gemetar. Hasil pemeriksaan lab tersebut membelalakkan mata: fungsi hati saya terganggu berat! SGOT/SGPT saya naik lima kali lipat dari normal. Ini lampu merah.

Saya pun ingat: mengapa dokter di RS dulu menghentikan suntikan Heparin di perut. Waktu itu SGOT/SGPT saya juga naik drastis tiba-tiba.

Tentu saya lebih sayang pada hati saya. Itu benda titipan. Meski sudah 15 tahun menyatu dengan tubuh saya, tetaplah itu hatinya orang lain. Yang harus saya jaga baik-baik.

Lima hari kemudian saya ke lab lagi. Fungsi hati saya sudah normal lagi.

Kian banyak dokter yang saya hubungi. Di dalam dan luar negeri. Tidak ada jawaban yang memuaskan.

Sampai hari ini. Tiap sepuluh hari saya ke lab. Tetap saja D-dimer saya sekitar 1.800 itu.

Banyak dokter yang bertanya balik: berapa D-dimer saya sebelum kena Covid. Jangan-jangan sudah tinggi.

Saya tidak bisa menjawab itu. Seumur hidup baru sekali D-dimer diperiksa ya di RS Premier Surabaya itu. Saat kena Covid itu.

Sebelumnya, jangankan periksa, istilah D-dimer pun belum pernah mendengar.

Saya pun menghubungi dokter Ben Chua di Singapura: apakah pernah memeriksa D-dimer saya. Yakni, saat ia menangani aorta dissection saya tiga tahun lalu.

”Hi Pak Dahlan… we did not check D-dimer previously as you did not have dvt or was suspected to have dvt,” jawabnya.

Jelaslah, saya tidak pernah diperiksa tingkat D-dimer karena tidak ada indikasinya.

Satu-satunya yang membuat saya tetap happy adalah dokter ahli jantung dan pembuluh darah RS Premier Surabaya: dr Jeffrey Daniel Adipranoto. Yang lulusan Belanda itu.

“Saya yakin itu akibat stent. Tenang saja. Tidak usah terganggu dengan D-dimer tinggi,” ujarnya.

Sejak menangani D-dimer saya, dokter Jeffrey memang terus memikirkan D-dimer saya. Termasuk –dengan pikiran terbuka– minta saya tetap kontak dengan dokter saya di Singapura: dr Benjamin Chua.

Saya selalu ceritakan apa pendapat dokter Ben Chua kepada dokter Jeffrey. Demikian juga sebaliknya.

“Akhirnya saya teliti pasien-pasien saya. Di antara yang pasang stent, ada empat orang yang D-dimer-nya tinggi. Tidak apa-apa,” ujar dokter Jeffrey.

Mereka itu umumnya sakit jantung. Yang harus dipasangi ring (stent) di pembuluh darah di jantung mereka.

Saya pun dipasangi stent di aorta saya. Yang jumlahnya jauh melebihi mereka. Mungkin saya pemegang rekor terbanyak di Indonesia. Stent yang dipasang di aorta saya sebanyak 760 ring. Dijejer-jejer. Sepanjang setengah meter lebih.

Yang empat orang itu paling hanya dipasangi ring tidak sampai 6 buah.

Pendapat dokter Jeffrey itu juga saya sampaikan ke dokter Ben Chua.

Tapi, saya yang belum bisa menerima pendapat itu. Berbagai upaya terus saya lakukan. Jangan-jangan D-dimer saya itu benar-benar happy hypoxia. Akibat Covid.

Tapi, begitu semua upaya itu gagal, saya pun pasrah. Saya menghubungi kembali dokter Ben Chua. Minggu lalu.

Saya ceritakan bahwa saya baik-baik saja. Tidak punya keluhan. Tidak merasa ada kelainan. Tidak kekurangan suatu apa. Tapi, D-dimer saya tetap tinggi.

“Bagaimana mengatasinya?” tanya saya.

“Kalau ke lab tidak usah periksa D-dimer lagi,” jawabnya.

Begitu simpel jalan keluar itu.

Saya memang sering bercanda dengan dokter yang sangat perhatian itu. Ia berpendapat sudah begitu lama saya mengalaminya tanpa ada gangguan apa-apa.

Saya pun tertawa.

Ia juga tertawa.

Saya pun punya sahabat baru: cendol darah di darah saya. (*)

Sumber : disway

Tags: dahlan iskan

Berita Terkait

Ujung Tombak Apple
Headline Utama

Ujung Tombak Apple

2024/09/22
Amarah Beliung
Headline News

Amarah Beliung

2024/05/25
Akhirnya Prabowo!
Headline Utama

Akhirnya Prabowo!

2024/02/15
Fokus Eksplorasi Emas, Aneka Tambang Bakar Duit Rp38,90 Miliar 
Ekonomi

Emas Crazy

2024/01/20
Buya Syakur
Headline Utama

Buya Syakur

2024/01/19
Aneka Tambang
Headline Utama

Bara Emas Antam 

2023/12/15

Populer

Simak! Ini Perbedaan kuliah Administrasi Perkantoran dan Administrasi Bisnis

Simak! Ini Perbedaan kuliah Administrasi Perkantoran dan Administrasi Bisnis

6 Januari 2022 15:59
Karnaval SCTV

Karnaval SCTV Digelar di Bogor, Catat Tanggal, dan Intip Para Bintangnya

15 Juli 2022 11:11
Lucy In The Sky

Kendalikan Lucy In The Sky, Ini Bisnis yang Digeluti Delta Wibawa Bersama

23 April 2022 13:27
Jumpa pers PT.HDI menyingkapi kasus hukum yang menimpa JE di kantor PT. HDI di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (8/7)I

Langgar Kode Etik, HDI Hentikan Keanggotaan JE

8 Juli 2022 19:10
Ade Jona Prasetyo

Sosok Ayah Inspirasi Ade Jona Prasetyo Raih Kesuksesan

25 Oktober 2021 13:24
istimewa

Dari Game Mobile Legend, Zeva Christian Buktikan Gen Z Bisa Hasilkan Cuan Miliaran

26 September 2023 16:27
Kertas Basuki Rachmat

Kejagung Sita Aset Kertas Basuki Rachmat Indonesia, Ini Penjelasan Manajemen 

22 Maret 2022 12:00
we Tv (Foto : ist)

WeTV Rilis Fitur Sewa Konten WeTV Original

30 April 2022 00:16
King Kevin, Sosok di Balik Suksesnya Planet Gadget yang Suka Bikin Konten Motivasi di Tiktok

King Kevin, Sosok di Balik Suksesnya Planet Gadget yang Suka Bikin Konten Motivasi di Tiktok

2 Desember 2022 15:06
Allo Bank

Gemar Transaksi, Ali Gunawan Koleksi 7,95 Juta Saham Bank Milik Chairul Tanjung

2 Februari 2022 18:27

Pilihan Redaksi

Pefindo

Pefindo Terima Mandat Pemeringkatan Obligasi Korporasi Rp49,54 Triliun, Mayoritas Perbankan

26 Oktober 2023 12:27
Nam Joo Hyuk Berjuang Antara Cinta dan Kenyataan di “Twenty Five, Twenty One”

Nam Joo Hyuk Berjuang Antara Cinta dan Kenyataan di “Twenty Five, Twenty One”

27 Maret 2022 15:30
Cashlez

Kembangkan QRIS, Cashlez Private Placement 143,11 Juta Lembar

18 Februari 2023 10:15
Film Bradley Cooper dan Cate Blanchett Tayang Hari ini

Film Bradley Cooper dan Cate Blanchett Tayang Hari ini

19 Januari 2022 14:53
Sri Rejeki

Rugi Bengkak 49 Persen, Sritex Defisit USD1,17 Miliar

1 Juli 2024 09:27
SCNP

Amankan Pasokan, Selaras Citra Nusantara Menyewakan Pabrik ke Dynaplast 

7 Desember 2021 15:20
Bank BRI

Kerek Performa, Ini Jurus Bank Rakyat Indonesia 

9 September 2021 23:27
Garuda Indonesia

Pantas Boros, 136 Armada Garuda Indonesia Sewaan

9 Juni 2021 18:07
Ryan Reynolds and Blake Lively’s. (foto : indoposnews/variety)

Ryan Reynolds dan Blake Lively Bermitra dengan Netflix

19 April 2022 09:27
FFI 2021

FFI Ajang Paling Penting Perkembangan Film Indonesia

27 Oktober 2021 20:35 - Updated on 28 Oktober 2021 01:40

About

indoposnews.co.id

“Berita Terbaru Indonesia”
Alamat :
Grand Slipi Tower, Lantai 9 Unit O, Jalan Jend. S. Parman Kav 22-24, Jakarta Barat, DKI Jakarta.
Telepon : 02174773761
Email : redaksiindoposnews@gmail.com

Follow us

Alamat : Grand Slipi Tower, Lantai 9 Unit O, Jalan Jend. S. Parman Kav 22-24, Jakarta Barat, DKI Jakarta. Telepon : 02174773761 Email : redaksiindoposnews@gmail.com

No Result
View All Result
  • Home
  • NEWS
    • Nasional
    • Politik
    • Nusantara
    • Hukum
    • Ibu Kota Negara
    • COVID-19 UPDATE
  • Ekonomi
    • Tekno
  • Olahraga
  • JABODETABEK
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Beauty
    • Health & Fitness
    • Hunian
    • Jalan- Jalan
    • Kids
    • Kuliner
    • Pendidikan
    • Otomotif
  • HIBURAN
    • selebritis
    • Musik
    • Film
      • Review Film
    • Televisi
    • Mancanegara
    • Bollywood
    • K – pop
    • Budaya
  • Opini
  • Indeks

Alamat : Grand Slipi Tower, Lantai 9 Unit O, Jalan Jend. S. Parman Kav 22-24, Jakarta Barat, DKI Jakarta. Telepon : 02174773761 Email : redaksiindoposnews@gmail.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
indoposnews.co.idLogo Header Menu