indoposonline.NET – Bahagia menjadi kunci produksi ASI-nya berlimpah hal itu diyakini selebritas Citra Kirana mengatakan. Selain bahagia, dia juga menyarankan para ibu menyusui mengonsumsi makanan kesukaan dan bergizi seimbang.
“Tips supaya produksi ASI berlimpah, mamanya harus happy. Makan makanan yang mamanya suka. ASI akan berlimpah. Makan dijaga. Aku sekarang lagi makan makanan yang bergizi saja, tanpa tepung-tepungan, olahan. Itu membantu ASI semakin berlimpah,” kata dia dalam sebuah webinar kesehatan, dikutip Sabtu (29/5)
Baca juga: Kabar Duka, Ayahanda Pesinetron Citra Kirana Meninggal Dunia
Menurut pengalaman perempuan kelahiran Bogor 27 tahun silam itu, berpikir positif dan selalu bonding dengan anak juga membantu produksi ASI yang berlimpah.
Citra yang masih aktif bekegiatan di luar rumah mengatakan selalu sebisa mungkin menyempatkan waktu bersama putranya di sela kesibukannya. Saat harus bekerja di siang hari, dia akan memberikan waktu di pagi harinya untuk sang putra yang kini memasuki usia 9 bulan.
Hal ini dia lakukan demi tetap bisa melihat perkembangan putranya sekaligus membuatnya tak kehilangan waktu bersama.
“Kalau aku memang ada kerjaan di luar jadi aku sebisa mungkin ngabisin waktu sama Athar seharian di hari sebelumnya yang aku free. Misalnya aku mau pergi siang, paginya aku ngabisin waktu sama Athar dulu, main lah, menemani Athar makan, sebisa mungkin enggak kehilangan masa-masa sama aku,” kata dia.
Seperti ibu pada umumnya yang berlimpah produksi ASI-nya, Citra juga punya stok ASI di dalam lemari es. Dia pun memilih dot orthodontic agar anaknya tak tersedak atau lupa puting bila harus meminum ASI tak langsung darinya.
Dokter spesialis gigi anak dari Fakultas Kedokteran Gigi Unversitas Padjadjaran, Eriska Riyanti mengatakan, ada risiko bagi anak bila tidak menyusu langsung dari ibu dan menggunakan botol susu tidak tepat.
Fakta menunjukkan, anak yang tidak mendapat ASI atau tidak menyusu langsung dari ibunya cenderung mengalami tingkat keparahan maloklusi atau gangguan pertumbuhan gigi dan rahang yang terjadi pada anak, lebih tinggi dibandingkan anak yang mendapat ASI atau menyusu langsung.
“Si Kecil yang minum susu menggunakan alat bantu sering kali terjadi risiko seperti tersedak, kembung hingga terjadinya maloklusi, karena bentuk dot yang tidak tepat, posisi bayi menyusu, kesiapan bayi menerima aliran susu, dan intensitas mengisap dot,” kata dia.
Walau begitu, sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Departemen Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran (UNPAD) pada tahun 2020 mengungkapkan, risiko atau masalah yang kerap timbul dari penggunaan dot yang tidak tepat dapat dicegah dengan dot yang dikembangkan sesuai prinsip fisiologis yang mendukung ritmik isap.
Menurut Eriska, dot yang didesain secara fisiologis akan memfasilitasi pergerakan lidah ke depan dan ke atas pada daerah permukaan datar dot. Aliran air susu tidak akan otomatis mengalir ke tenggorokan, bila tidak terjadi gerakan mengisap karena adanya aktivitas otot-otot lidah, pipi, dan bibir.
“Mekanisme tersebut tidak menimbulkan si Kecil tersedak. Dot yang didesain secara fisiologis memperlihatkan adaptasi yang baik terhadap organ-organ dan mekanisme fisiologi mengisap,” demikian kata dia. (kar)