Indoposonline.NET – PT Archi Indonesia (ARCI) melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga saham ARCI mengalami lompatan 5 persen ke posisi Rp790 per lembar. Bahkan, sempat melesat 10 persen ke level Rp850 per saham.
Frekuensi perdagangan saham ARCI mencapai 18.598 kali dengan 169,90 juta lembar dengan nilai transaksi Rp134,27 miliar. Price Earning Ratio (PER) 11,27 dengan market cap Rp19,62 triliun. Perseroan menjajakan 3.725.250.000 saham biasa mewakili 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan harga Rp750 per lembar.
Baca juga: Kuartal I-2021, Jasa Marga Koleksi Pendapatan Rp2,76 Triliun
Direktur Keuangan atau Chief Financial Officer (CFO) Archi Indonesia, Adam Jaya Putra menuturkan, 90 persen dari dana IPO untuk pembayaran sebagian pokok utang bank. Sedang sisa dana digunakan perseroan, dan entitas anak untuk pembiayaan kegiatan operasional dan modal kerja.
Tahun lalu, Archi mencatat total pendapatan USD393,3 juta dan merupakan penyumbang nilai pajak dan royalti terbesar dari sektor industri pertambangan emas di provinsi Sulawesi Utara. Di mana, sekitar 98 persen dari total pendapatan itu, dari penjualan bijih emas, dan sisanya dari penjualan produk emas batangan (gold minted bars).
Baca juga: Rudi Tanoe Kembali Borong Saham Zebra Nusantara Rp10,59 Miliar
Selain itu, komitmen perseroan melakukan berbagai upaya efisiensi biaya berdampak positif terhadap kondisi keuangan. Di mana, Archi berhasil mencatat laba bersih USD123,3 juta tahun lalu.
Archi berambisi menjadi perusahaan terintegrasi (integrated player) hingga ke hilir. Selama ini, hanya fokus pada produksi emas (pure gold player). Saat ini, Archi hampir 100 persen pendapatan dari produksi emas. Praktis 2 persen inflow dari perak.
Baca juga: Nasib Obligasi Konversi Adi Sarana Tergantung OJK
Saham Archi bisa menjadi pure gold stock atau saham murni dari produksi emas, sehingga bisa melengkapi portofolio investor. Apalagi, di tengah ketidakpastian seperti saat ini, emas bisa menjadi diversifikasi investasi, dan lindung nilai bagi portofolio investor. Sebab pergerakan harga emas bisa meningkat, apabila terjadi ketidakpastian di pasar.
Konsisten produksi emas, perusahaan tambang emas milik Grup Rajawali di bawah kendali Peter Sondakh itu, berharap menjadi pemimpin pasar produksi emas. Saat ini, tambang Martabe menjadi tambang penghasil cadangan emas terbesar. Archi juga tengah berusaha mendongkrak cadangan emas melalui kegiatan eksplorasi.
Baca juga: Terbangi Australia, Garuda Indonesia Maksimalkan Rute via Sydney
Tahun lalu, Archi memiliki cadangan bijih emas 3,9 juta ons atau bertambah dari 2014 mencapai 2 juta ons. Menyusul tambahan cadangan emas melalui eksplorasi sudah bisa menjadi yang terbesar. Archi memiliki lokasi tambang di Provinsi Sulawesi Utara, yakni Tambang Emas Toka Tidung. Pada lokasi itu, Archi baru melakukan eksplorasi dan penambangan sekitar 10 persen dari luas keseluruhan mencapai 40 ribu hektare (ha).
Selanjutnya, Archi akan mendorong kegiatan eksplorasi tambang ke area proyek Near-mine, Western Corridor, dan Greenfields. Berdasar hasil studi pakar industri Energy and Mineral Technology International, dan diverifikasi SRK Consulting Group, kegiatan eksplorasi pada proyek itu tersedia cadangan bijih emas baru 5,3-13 juta ons. (abg)