indoposonline.NET — Universitas Indonesia (UI) melaksanakan Program Kegiatan Awal Mahasiswa Baru (KAMABA) UI tahun akademik 2021/2022, yang dimulai sejak kemarin (26/07), dan penutupan pada 27 Agustus 2021. Kegiatan ini merupakan rangkaian aktivitas penyambutan dan pembekalan mahasiswa baru UI guna memperkenalkan tradisi dan budaya akademik yang ada di kampus beserta sistem, metode, dan pendekatan yang digunakan. Selain itu, akan ada sesi master class, dengan pembicara Prof. Gerard A. Mourou, Nobel Laurete (Pemenang Nobel, di bidang Fisika), yang menyampaikan pemaparannya secara virtual.
Penyelenggaraan pengenalan kampus tahun ini bertema “Satu Karena Beda”, dengan menerapkan siklus triangle sebagai metode dalam proses pembelajaran Kamaba, yaitu ”Menjangkau, Merajut, dan Merawat”. Dalam sambutannya, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D, (Rektor UI) mengatakan bahwa tema ini dipilih karena UI adalah sebuah miniatur Indonesia, terdiri dari berbagai macam ras, budaya, bahasa, dan agama.
“Melalui tema ini, diharapkan mahasiswa baru dapat membangun kesadaran persatuan dalam bingkai perbedaan sebagaimana tercermin dalam nilai-nilai Pancasila, sehingga tumbuh kesadaran di kalangan mahasiswa baru UI untuk menjangkau perbedaan, merajut keberagaman, sehingga pada ujungnya mampu merawat berbagai perbedaan yang ada di negeri kita tercinta ini,” ujarnya.
Hal senada dikatakan oleh Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc., Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, pada saat menyampaikan Laporan Kegiatan Kamaba bahwa mahasiswa baru merupakan putra-putri terbaik bangsa dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
Dalam kata sambutannya, Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. (Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI) menekankan tentang penerapan kurikulum Merdeka Belajar – Kampus Merdeka yang diterapkan pemerintah bagi seluruh kampus di Indonesia pada awal tahun 2020.
“Dengan adanya kurikulum ini, pemerintah memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di luar kelas selama dua semester melalui kegiatan magang, pengabdian masyarakat, ataupun belanja mata kuliah di universitas lain di luar kampusnya,” ujarnya menjelaskan. Ia berharap dengan adanya penerapan kurikulum baru ini maka para mahasiswa dapat membekali dirinya dengan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dunia kerja sejak dini, salah satunya adalah nilai toleransi.
Kuliah-kuliah umum yang bertema sejarah peradaban, nilai-nilai luhur bangsa, serta isu kelestarian lingkungan, mengisi acara tersebut. Narasumber yang hadir pada hari pertama antara lain adalah Dr. Ali Akbar, S.S., M. Hum (Arkeolog & Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI) yang membawakan materi sejarah peradaban nusantara, Prof. Herawati Sudoyo, M.Sc., Ph.D. (Kepala Laboratorium DNA Forensik dan Peneliti Utama di Laboratorium Keanekaragaman Genom dan Penyakit, Lembaga Biologi Molekular Eijkman) yang membawakan tema genetika bangsa Indonesia, dan Prof. Agus Aris Munandar (Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI) dengan tema sejarah pembentukan negara Indonesia.
Prof. Herawati memaparkan fakta bahwa isu “kemurnian suku/ras” sebenarnya sudah tidak relevan lagi dengan penemuan genetika saat ini yang mampu menelusuri jejak pembauran gen antar manusia. Ia mencontohkan dirinya sendiri yang merupakan orang Jawa, yang setelah ditelusuri mempunyai unsur gen ras Asia Timur dalam dirinya, sehingga ia tidak bisa lagi dibilang sebagai orang Jawa asli.
Dengan mengetahui fakta tersebut, ia berharap para mahasiswa dapat menyadari bahwa isu-isu sosial berbasis kesombongan ras dan suku tertentu sebenarnya sudah tidak boleh lagi terjadi, karena faktanya tidak ada satupun ras tertentu yang dapat disebut “murni” di dunia ini.
Semua rangkaian kegiatan ini akan dilakukan dengan metode kombinasi daring dan luring, atau biasa disebut konsep hybrid. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang sesuai dengan karakteristik generasi Z, yaitu fasih dan akrab dengan teknologi dalam bentuk dialog, presentasi, gimmick, dan penugasan. (ash)