indoposnews.co.id – PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) optimistis industri semen tahun ini bakal tumbuh positif. Lompatan volume semen domestik pada 2021, tentu menjadi penyemangat industri semen. Apalagi, tekanan Covid-19 varian Delta telah mencapai puncak pada Juli dengan harga batu bara tinggi.
Efeknya, tahun lalu harga jual produk semen kantong dinaikkan sekitar 6–8 persen di sebagian besar area basis pasar perseroan selama kuartal IV-2021. Itu sebagai akibat dari beban biaya terus meningkat. Namun, kenaikan belum sepadan dengan biaya energi makin meningkat sejak awal 2021.
Baca juga: Tak Mau Kalah, Komisaris-Direksi Borong Saham BCA Rp6,85 Miliar
Nah, tahun ini dimulai dengan peningkatan kekhawatiran Covid-19 varian Omicron telah menjadi nyata ketika mencapai puncak Februari lalu. Namun, sejak itu, kasus harian baru terus menurun diikuti perubahan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Begitu pula eskalasi ketegangan geopolitik di Eropa telah membuat lonjakan harga batu bara, dan minyak.
Sebagai akibatnya, perseroan harus menaikkan harga jual semen baik kantong maupun curah pertengahan Maret 2022. Itu dilakukan sebagai usaha meneruskan sebagian beban kenaikan biaya energi, dan minyak. Lalu, ditambah kenaikan harga kertas, dan bahan baku lain, efek tekanan inflasi dari kondisi saat ini.
Baca juga: Tanpa Dividen, Emiten Milik Sandiaga Buyback Rp78,41 Miliar
Meski begitu, perseroan optimistis tetap bisa bersaing dalam pasar semen domestik dengan perkiraan tumbuh sekitar 5 persen didukung terutama pertumbuhan semen curah pada kelanjutan proyek-proyek infrastruktur, katalis positif pembangunan ibukota negara baru (IKN), dan pemulihan proyek-proyek komersial para pengembang.
Sepanjang tahun lalu, Indocement mencatat pendapatan Rp14,7 triliun. Meroket 4,14 persen dibanding edisi sama 2020 di level Rp14,1 triliun. Itu terjadi menyusul lonjakan penjualan semen 3,75 persen menjadi Rp13,9 triliun, dari periode sama 2020 setara Rp13,4 triliun.
Baca juga: Jual Saham Agro Muko, Austindo Jaya Bungkus Dana USD5,50 Juta
Penjualan segmen beton siap pakai juga melesat 2,69 persen menjadi Rp1,06 triliun dari fase sama 2020 di kisaran Rp1,04 triliun. Pendapatan dari tambang agregat juga naik 431,6 persen menjadi Rp150,2 miliar, dari tahun sebelumnya sejumlah Rp28,2 miliar.
Beban pokok pendapatan menguat 6,34 persen menjadi Rp9,6 triliun dari edisi sama 2020 di level Rp9,07 triliun. Perseroan sukses menekan nyaris seluruh pos beban pokok pendapatan, kecuali beban bahan bakar, dan listrik menanjak signifikan. Beban bahan bakar dan listrik naik 25,2 persen menjadi Rp4,3 triliun dari tahun sebelumnya Rp3,4 triliun.
Baca juga: Tunjuk Trimegah, Mitra Pinasthika Divestasi Saham Tresuri 119,5 Juta Lembar
Laba bruto naik tipis 0,25 persen menjadi Rp5,12 triliun dari edisi sama 2020 di kisaran Rp5,11 triliun. Hanya, laba bersih turun satu persen menjadi Rp1,78 triliun, dari periode sama 2020 di kisaran Rp1,8 triliun. Aset turun menjadi Rp26,1 triliun, dari akhir 2020 sekitar Rp27,3 triliun.
Kas dan setara kas turun menjadi Rp6,14 triliun dibanding akhir Desember 2020 sekitar Rp7,6 triliun. Efeknya, liabilitas naik menjadi Rp5,5 triliun dibanding akhir 2020 selevel Rp5,16 triliun. Ekuitas turun ke posisi Rp20,6 triliun dari periode sama 2020 di kisaran Rp22,17 triliun. (abg)