Indoposonline.NET – Koreksi sangat dalam bakal menyambangi pasar saham. Paling tidak market akan mengalami turbulensi 10-20 persen. Itu menyusul perkiraan Federal Reserve (the Fed) lebih hawkish. Karena itu, para investor diingatkan untuk bersiap menghadapi koreksi pasar saham secara signifikan.
Tidak seperti penurunan tajam selama beberapa tahun terakhir, pemulihan cepat tidak akan terjadi. Butuh satu tahun untuk kembali ke titik balik pemulihan. ”Angin sakal sedang membangun pasar ekuitas,” tutur Analisis Moody’s Mark Zandi, kepada CNBC International, Rabu (23/6).
Baca juga: Stabil, Bank Mestika Dharma (BBMD) Sandang Rating idBBB+
Koreksi mungkin sudah berlangsung karena investor mulai ketakutan. Dow baru mengalami kerugian mingguan terbesar sejak Oktober 2020, jatuh 3,45 persen. S&P 500 lebih luas mengalami minggu terburuk sejak akhir Februari. Nasdaq sarat teknologi juga mengalami minggu suram, meski turun 1,28 persen dari level tertinggi sepanjang masa. ”The Fed harus beralih persneling karena ekonomi sangat kuat,” imbuhnya.
Terlepas peringatan pasar, ekonomi akan mencegah resesi karena penurunan lebih pada risiko harga aset menjadi berlebihan daripada masalah fundamental. ”Ekonomi akan rip-roaring. Pengangguran akan berkurang. Pertumbuhan upah akan menjadi kuat,” tegasnya.
Baca juga: Aura Wall Street Jalari Orbit IHSG, Tengok Saham-Saham Ini
Bunyi alarm peringatan mengenai inflasi selama berbulan-bulan. Pada awal Maret, inflasi telah mati di depan, dan investor tidak sepenuhnya memahami risiko. Itu masih menjadi kendala bagi investor pasar saham dan obligasi. Kecil kemungkinan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun akan terus turun. “Saya tidak akan mengandalkan tarif tetap 1,5 persen untuk waktu lama mengingat apa yang terjadi,” pungkasnya. (abg)