indoposnews.co.id – Akhir-akhir ini dunia digegerkan oleh kemunculan kasus Hepatitis Akut Berat yang belum diketahui penyebabnya. Kasus ini memiliki gejala serupa dengan Hepatitis, tetapi tidak disebabkan virus yang sama dengan Hepatitis.
World Health Organization (WHO) menetapkan kasus ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 12 April 2022. Sebanyak 15 kasus suspek teridentifikasi di Indonesia per 10 Mei 2022.
Dari 15 kasus tersebut, spesimen 7 kasus diterima laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia–Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (FKUI–RSCM) sebagai upaya untuk mencari solusi penanganan.
Guru Besar yang juga merupakan Dokter Spesialis Anak Sub Spesialis Gastro-Hepatologi FKUI–RSCM, Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, SpA(K) mengemukakan saat ini belum diketahui cara untuk memastikan pasien yang mengidap penyakit Hepatitis Akut Berat.
Baca Juga : BPJS Kesehatan Tingkatkan Kualitas Layanan Kesehatan Penyakit Gagal Ginjal
“Meski begitu, ada fase-fase yang dapat dikenali sebagai gejala penyakit ini. Pada fase awal, penderita merasakan diare, mual-muntah, demam, dan masalah pernapasan. Ketika memasuki fase lanjutan, terjadi perubahan warna kekuningan pada kulit atau mata. Penderita mengalami buang air kecil pekat atau buang air besar berwarna pucat, juga mengalami kejang. Pada fase terakhir, penderita kehilangan kesadaran,” katanya dalam webinar “Infeksi Emerging: Hepatitis Akut Berat yang Belum Diketahui Penyebabnya”, pada Kamis (12/05).
Sejauh ini, ilmuwan menemukan adanya Adenovirus tipe 41 dalam darah para suspek. Virus ini dan SARS-CoV-2 diperkirakan sebagai salah satu penyebab paling mungkin Hepatitis Akut Berat. Adenovirus merupakan virus yang biasa ditemukan dalam kasus muntah dan diare, tetapi tidak diketahui jika dapat menyebabkan Hepatitis.
“Berangkat dari temuan ini, para ilmuwan menyebutkan enam hipotesis penyebab penyakit Hepatitis Akut Berat. Pertama, akibat jarang terpapar Adenovirus saat pandemi. Kedua, akibat mutasi Adenovirus varian baru. Ketiga, merupakan sindrom post-infeksi SARS-CoV-2. Keempat, akibat paparan obat/lingkungan. Kelima, adanya patogen baru. Keenam, disebabkan varian baru SARS-CoV-2,” katanya.