indoposnews.co.id – PT Bumi Resources (BUMI) paruh pertama 2021 menambang laba bersih USD90,9 juta. Melesat 272 persen dari periode sama tahun lalu dengan rugi USD52,7 juta. Laba dapat diatribusikan USD1,9 juta atau berbalik positif USD88 juta dari periode sama tahun lalu rugi USD86,1 juta. ”Itu tersebab peningkatan harga batubara menyusul ketidakseimbangan pasokan global, pandemi, efek, variabel kondisi cuaca, kemacetan infrastruktur, dan ketidakpastian politik,” tutur Dileep Srivastava Director & Corporate Secretary Bumi Resources, di Jakarta, Jumat (27/8).
Laba perusahaan dikontribusi peningkatan pendapatan dan margin usaha. Pendapatan menanjak 16 persen menjadi USD2,29 miliar dibanding periode sama tahun lalu USD1,97 miliar. Sementara margin usaha tercatat meningkat menjadi 16,2 persen dari sebelumnya 6,7 persen. Kendati pandemi Covid-19, produksi batu bara perusahaan tetap terjaga. Langkah-langkah perlindungan dan keamanan ketat telah dilakukan pada seluruh area operasional perusahaan.
Baca juga: Berkat Jurus Ini, Krakatau Steel Kantongi Laba Bersih Rp609 Miliar
Selain itu, juga mencatat realisasi kenaikan harga batu bara 20 persen menjadi USD56,2 per ton, dari periode sama 2020 di kisaran USD46,9 per ton. Itu berdampak pada kenaikan 104 persen laba bruto menjadi USD485,3 juta dari periode sama 2020 di kisaran USD238,1 juta. Pendapatan operasional meningkat 179 persen menjadi USD370,9 juta dibanding periode sama tahun lalu USD132,7 juta. “Inventori akhir turun menjadi 1,9 juta ton dari periode sama 2020 di kisaran 2,7 juta ton untuk mengoptimalkan working capital,” kata dia.
Hingga akhir tahun, produsen batu bara terbesar ini menargetkan produksi 85-89 juta ton, dengan perkiraan harga rata-rata USD58-63 per ton. Sepanjang semester pertama tahun ini, anak usaha perusahaan Kaltim Prima Coal (KPC) mencatat produksi 29,3 juta ton, dan Arutmin Indonesia sebesar 10,7 juta ton. Perusahaan akan fokus mendiversifikasi usaha dalam jangka menengah, melalui hilirisasi batu bara, dan produksi emas melalui anak usaha. Saat ini, perusahaan tengah bergabung dalam proyek gasifikasi batu bara menjadi metanol pada area Kaltim Prima Coal. Proyek itu, diprediksi selesai dan beroperasi pada akhir 2024. KPC berperan sebagai pemasok batu bara. Anak usaha lain, yakni Arutmin juga akan melakukan hilirisasi dengan gasifikasi batu bara dan tengah proses studi kelayakan. (abg)