indoposonline.NET – Air memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh, tak terkecuali bagi Ibu di masa kehamilan guna mencegah berbagai risiko yang dapat terjadi terhadap kehamilannya.
Guru besar Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (FEMA IPB) Prof. Dr. Hardinsyah MS pada Webinar Pergizi Pangan Seri 57 dengan tema “Pentingkah Pemenuhan Asupan Air Selama Kehamilan?” yang digelar beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa perhatian nasional dan internasional terhadap kebijakan dan program gizi dan kesehatan ibu hamil semakin hari semakin meningkat dalam rangka meningkatkan kualitas generasi mendatang yang lebih sehat, cerdas, dan produktif.
“Oleh karena itu, berbagai upaya meningkatkan status gizi dan derajat kesehatan ibu hamil dengan mencegah terjadinya masalah gizi yang dapat terjadi seperti anemia, defisiensi gizi mikro, kurang energi kronik, ataupun kekurangan asupan hidrasi merupakan investasi yang penting,” kata Prof. Hardinsyah
Pada kesempatan yang sama, ahli penyakit ginjal dan hipertensi Siloam Hospital Tangerang, Prof. Dr. dr. Parlindungan Siregar SpPD KGH menjelaskan pada masa awal kehamilan terjadi penurunan osmolalitas plasma yang mengakibatkan penurunan rasa haus dan sekresi hormon antidiuretik.
Baca juga : Pemberian Vaksin Ibu Hamil Membantu Antibody Janin, Benarkah?
Di sisi lain, berdasarkan studi mengenai keseimbangan cairan pada kehamilan menunjukkan bahwa wanita yang sedang hamil membutuhkan cairan ekstra dikarenakan perubahan kondisi fisiologis dan pertumbuhan janin.
“Kebutuhan cairan akan sangat tergantung pada asupan energi, yaitu sebesar 1-1,5 mili liter cairan untuk setiap kilokalori asupan energi. Pada masa kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan energi rata-rata 300 kkal (kilo kalori)/hari, oleh karena itu ibu hamil setidaknya memerlukan tambahan asupan air hingga 40 persen pada trimester kedua dan ketiga masa kehamilan,” kata Prof. Parlindungan .
Kurangnya cairan ketuban
Sementara itu, kurangnya konsumsi air selama masa kehamilan dapat menyebabkan dampak buruk pada kesehatan karena mempengaruhi pencernaan, penyerapan, metabolisme, dan suhu tubuh.
Beberapa penelitian, kata Prof.Parlindungan mengungkapkan bahwa perbaikan status hidrasi ibu hamil turut mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. “Status kecukupan hidrasi juga akan berpengaruh pada volume cairan amnion atau ketuban yang akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya dan mencegah terjadinya oligohidramnion.”
Terkait hal ini, ahli obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Prof. Dr. dr. Budi Imam Santoso SpOG (K) menyatakan bahwa oligohidramnion merupakan kondisi berkurangnya cairan amnion atau ketuban.
Pada kondisi oligohidramnion, secara kuantitatif, volume cairan amnion atau cairan ketuban yang dimiliki oleh ibu tersebut kurang dari 500 mili liter atau memiliki angka ICA (Indeks Cairan Amnion) kurang dari 5 centimeter. Secara umum, prevalensi oligohidramnion pada ibu hamil berada di angka 3-5 persen dan umumnya terjadi pada trimester ketiga.
Penelitian yang dilakukan di Low Middle Income Countries menyebutkan bahwa kejadian oligohidramnion ditemukan pada 1 dari 150 kehamilan ibu. Oligohidramnion dapat disebabkan oleh berbagai etiologi salah satunya yaitu kondisi kurang air pada masa kehamilan, demikian Prof. Budi.
Berdasarkan beberapa publikasi ilmiah, disimpulkan bahwa pemberian air minum untuk ibu hamil dengan oligohidramnion tanpa kelainan maternal/fetal pada trimester ketiga (28-37 minggu) dapat meningkatkan ICA atau jumlah cairan ketuban.
Baca juga : Test Dua Kali, Aurel Hermansyah Hamil
“Pemberian air minum secara oral memiliki efek yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian cairan secara intravena. Tambahan jumlah air minum per hari yang dibutuhkan ibu hamil dengan oligohidramnion untuk memberi efek peningkatan ICA berkisar antara 1500-2500 mili liter, tergantung kondisi masing-masing ibu hamil,” katanya.
Sedangkan berdasarkan Permenkes RI nomor 28 tahun 2019, dianjurkan bagi seorang ibu hamil di Indonesia mengonsumsi 2450 sampai 2650 mili liter air atau setara sekitar 10-11 gelas sehari.
Kapan waktu terbaik minum air putih?
Waktu terbaik minum air putih disarankan setiap bangun tidur. Setidaknya minum 1-2 gelas setiap bangun tidur yang penting untuk mengganti cairan tubuh yang hilang ketika Anda terlelap semalaman. Air putih juga dapat membantu proses metabolisme tubuh.
Selain itu, minum air putih sebelum tidur malam juga disarankan untuk membantu meningkatkan kualitas tidur. Jumlah yang cukup atau tak berlebihan tidak akan membuat Anda terbangun di malam hari untuk buang air kecil.
Mengkonsumsi air putih sebelum dan sesudah berolahraga juga penting untuk mengganti cairan tubuh yang hilang ketika berolahraga.
Selain itu, pada kondisi pandemi seperti saat ini air putih juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan menyeimbangkan kadar cairan dalam tubuh.
Sebelumnya, dokter umum RS Pondok Indah (RSPI) – Pondok Indah, I Made Tirta Saputra tak menyarankan konsumsi air putih berlebihan karena dapat menyebabkan keracunan air yang berakibat hiponatremia atau kekurangan garam dalam tubuh.
“Pada efek yang memburuk dapat menyebabkan sakit kepala, kram otot, bahkan dapat menyebabkan kejang, dan berujung pada kematian. Jadi minum air putih secukupnya ya, tidak kurang tidak juga berlebihan,” kata dia.
Meski demikian, perlu diingat selain kuantitas air minum, penting juga memperhatikan kualitas air yang di konsumsi selama masa kehamilan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan 492/2010, air minum yang baik memiliki kriteria tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mengandung zat-zat berbahaya. Hal yang perlu diingat juga kita harus memastikan sumber air nya berkualitas dan terlindungi. (rim)