indoposnews.co.id – Kinerja saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (BJBR) sepekan terakhir begitu moncer. Pada penutupan perdagangan Jumat, 17 September 2021, BJBR masih menjaga tren positif dengan harga saham terakhir yakni Rp1.350 per saham. Perkiraan itu, ditopang BJBR telah meluncurkan berbagai platform transaksi keuangan digital sejak 2019. Aksi korporasi itu, dinilai memudahkan bisnis untuk beradaptasi di masa krisis.
Direktur IT, Treasury & International Banking bank bjb, Rio Lanasier mencontohkan, pada 2019 bank BJB telah meluncurkan campaign Pasar Nga-Digi yang memungkinkan masyarakat untuk berbelanja ke pasar dari rumah. Sistem pembayaran dilakukan memanfaatkan QRIS bank bjb. ”Itu sudah diujicoba di beberapa pasar di Kota Bandung. Oleh karena itu, saat pandemi melanda, kita tinggal melakukan penyesuaian pola. Kami juga menyesuaikan fokus perusahaan untuk mendorong financial inclusion lewat digitalisasi perbankan,” ungkap Rio.
Baca juga: Nestlé Umumkan Rencana Untuk Mendukung Transisi ke Sistem Pangan Regeneratif
Bank BJB belajar dari setiap kondisi krisis, tidak terkecuali pada krisis keuangan 1998 lalu. Pergerakan saham BJBR diperkirakan akan terus menghijau. Pandemi Covid-19, menjadi berkah tersembunyi dalam mempercepat transformasi digital lini bisnis bank bjb. ”Kami sudah siap sebelum ini tiba. Banyak penerapan inovasi digital telah dilakukan. Salah satu momen paling berpengaruh saat peluncuran transaksi non-tunai melalui QRIS bank bjb, sehingga warga bisa berbelanja secara mobile dengan e-wallet. Itu sangat membantu performance bank bjb pada 2020-2021,” ucap Rio.
Selain menerapkan inovasi digital pada berbagai produk layanan perbankan, bank bjb juga memanfaatkan digital marketing sebagai upaya menjangkau nasabah. Paruh pertama 2021, kredit KPR tumbuhan 12,5 persen secara tahunan menjadi Rp7,2 triliun, dari periode sama 2020 sejumlah Rp6,4 triliun. Kinerja BJBR didukung permintaan kredit masyarakat positif. Itu baru dari pertumbuhan KPR, belum dari penyaluran kredit untuk usaha, dan lain sehingga memberi tambahan kinerja pada BJBR. BJBR masuk era digitalisasi dapat menambah persaingan industri perbankan. Dari persaingan sehat, nanti masyarakat akan merasakan manfaat. Digitalisasi dapat menarik masyarakat sehingga sebaran nasabah BJBR kian bertambah, pada akhirnya meningkatkan kinerja BJBR ke depan.
Baca juga: Suntik Modal Anak Usaha Rp402,03 Miliar, Wijaya Karya Harap Ini
Analis Senior CSA Reza Priyambada melihat kinerja BJBR lumayan oke. Sepanjang semester pertama mengoleksi pendapatan, dan laba naik ditopang kredit. ”Satu sisi, BJBR mampu mengelola kredit dan pendapatan mereka berpengaruh ke pendapatan memberikan kinerja mereka,” tutur Reza, di Jakarta, Minggu (19/9). Sisi beban, BJBR mampu terkelola dengan baik, dan ada peningkatan laba. “Kalau dilihat dari chartnya cukup menarik pergerakan BJBR sekarang posisi di Rp1.300, dan kemudian waktu awal tahun sempat di Rp1.800. Jadi, masih memiliki potensi kenaikan yang cukup besar,” ulasnya. ”Target BJBR kalau dalam waktu dekat Rp1.450. Tapi kalau dilihat dari rekomendasi Rp1.800-1900 itu bisa menjadi acuan target price mereka,” ucapnya.
Hal senada diungkap Lucky Bayu Purnomo. Analis Pasar Modal sekaligus Ekonom LBP Institute itu, memprediksi saham BJBR akan cenderung menguat hingga akhir tahun ini. ”Saya berikan target harga Rp1.345 sekarang hingga penutupan tahun cenderung menguat targetnya hingga 1625 akhir tahun Rp1.650 itu adalah harga tertinggi sejak tahun 2011. Jadi, ada tren menguat dari harga saat ini,” kata Lucky.
Baca juga: Siapkan Belanja Modal Rp140 Miliar, Jasa Armada Kebut Lini Non-IPC
Sejatinya, BJBR merupakan bank sudah memiliki market share identik. Secara populasi sudah memiliki, sudah identik terhadap satu kegiatan keuangan misalnya kredit. ”Market share BJBR ini dominan pada konsumen yang sudah lama, membuat saham BJBR cukup menarik. Tantangan persaingan bank dan inovasi, BJBR harus bergegas melakukan terobosan sehingga memberi suatu perbedaan industri, dan wilayah atau daerah,” jelasnya. (abg)