indoposnews.co.id – Proses panjang penggabungan (merger) Indosat Ooredoo (ISAT) dan Tri menemui titik akhir. Konsolidasi itu, mewujud di bawah usaha baru berlabel Indosat Ooredoo Hutchison (ISAT). Transaksi itu, menghasilkan valuasi USD6 miliar atau Rp85,26 triliun dengan asumsi kurs Rp14.210 per dolar Amerika Serikat (USD). Selanjutnya, pendapatan tahunan perusahaan itu, akan mencapai USD3 miliar atau Rp42,6 triliun. ”Merger menguntungkan seluruh elemen baik pemegang saham, pelanggan, dan mengakselerasi transformasi digital Indonesia,” tutur Managing Director Ooredoo Group Aziz Aluthman Fakhroo, baru-baru ini.
Selain itu, merger juga akan memperkuat skala bisnis, kinerja finansial, teknologi, produk, layanan, peningkatan jaringan telekomunikasi, dan layanan digital. Maklum, Indosat dan Tri memiliki infrastruktur saling melengkapi. Kombinasi aset-aset itu, berpotensi mendongkrak keuntungan biaya, dan belanja modal. Saat ini, Indosat dimiliki Ooredoo Asia Pte Ltd 65 persen, Perusahaan Pengelola Aset (PPA) 14,29 persen, dan publik 20,71 persen. Berdiri pada 10 November 1967, Indosat berjalan dengan penanaman modal asing. Modal awal dari perusahaan AS, American Cable & Radio Corporation (ACR). ACR anak usaha International Telephone & Telegraph Corporation (ITT). ACR menginjeksi modal awal Indosat USD6 juta.
Baca juga: Sial, Gara-gara Ini Anak Usaha MNC Vision Gagal Menjejak Wall Street
Pada 1980, pemerintah mengakuisisi saham Indosat untuk membangun program satelit Orde Baru. Selanjutnya, pada 1994, Indosat menjadi perusahaan publik. Saham perseroan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan New York Stock Exchange. Perusahaan sukses mentabulasi dana Rp724,85 miliar dari penawaran 35 persen saham. Berselang setahun berikutnya, Indosat mendirikan Telkomsel bersama Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Kala itu, Telkom perusahaan dominan industri telekomunikasi, dan salah satu operator terlama. Beberapa tahun kemudian, Telkom mengambil kendali tunggal pada Telkomsel. Usai kerja sama itu, Indosat mengakuisisi Satelindo, dan mendirikan IM3 pada 2001.
Kemudian, pada 2002, pemerintah memutuskan menjual saham Indosat. Keputusan itu, menuai banyak kritik, terutama mengarah kepada presiden kala itu, Megawati Soekarnoputri. Pemerintah mendivestasi 517,5 juta saham pada STT Communicationa Ltd (STT). Saham itu, mewakili 50 persen saham Seri B. Pada Desember 2002, pemerintah kembali menjual 41,9 persen. Pemerintah mempercepat penjualan 8,1 persen saham Indosat melalui tender global. Para pengkritik menilai Indosat aset strategis. Punya satelit, dan operator seluler. Namun, keputusan itu, dinilai tepat karena ekonomi Indonesia tidak stabil. Sejak 2003, pendapatan terbesar Indosat dari usaha layanan seluler. Itu menyusul pendirian PT IM3 untuk menyaingi Telkomsel.
Baca juga: Oknum Kimia Farma Terduga Teroris, Erick Thohir Sewot
Selanjutnya, pada 2008, STT diakuisisi Ooredoo dan memicu penawaran tender wajib. Ooredoo Group dari Doha, Qatar menjadi pemegang saham mayoritas. Nama perusahaan lalu berubah menjadi PT Indosat Ooredoo. Sejak itu, pemerintah hanya memiliki sekitar 9,6 persen saham Indosat. Pada 2014, Indosat meluncurkan layanan digital Indosat. Unit itu, fokus pada platform, dan pengembangan digital. Membidik bidang keuangan, periklanan, dan mobile e-commerce.
Selanjutnya, Indosat meluncurkan layanan 4G-LTE kali pertama di Indonesia, bertajuk baru Indosat Ooredoo. Hebatnya, pada 2018 jaringan 4G-LTE Indosat Ooredoo sudah menyasar seluruh indonesia. Selanjutnya, pada 2019 jaringan 4G-LTE Indosat Ooredoo meningkat menjadi 90 persen. Indosat terdampak pandemi Covid-19 seperti perusahaan lain. Tahun lalu, Indosat melaporkan mengalami kerugian Rp716,72 miliar. Menukik tajam dari tahun sebelumnya dengan mencatat laba bersih Rp1,56 triliun.
Baca juga: Mantap, MNC Vision Sodorokan Original Series Vision+ Joe & Robot Kopi
Menyusul konsolidasi itu, Indosat diprediksi mengantongi pendapatan per tahun USD3 miliar atau sekitar Rp42,78 triliun. Indosat Ooredoo Hutchison digadang-gadang menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar dunia. Perusahaan hasil peleburan itu, kini memiliki spektrum 1.800 megahertz (MHz) dengan pita 145 MHz. Transaksi itu diprediksi rampung pengujung 2021. CK Hutchison akan memiliki saham baru Indosat 21,8 persen. Perusahaan baru itu, juga optimistis memperluas jaringan 5G Indonesia. Kini, jaringan 5G sudah menyasar 58 negara. (abg)