indoposnews.co.id – Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) melansir hasil tinjauan peringkat sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada kuartal II 2024. Tinjauan itu berdasar kinerja keuangan, dan kemampuan membayar utang perusahaan. Hasilnya, Hutama Karya mencatat rating paling moncer dengan idAA-.
Wijaya Karya (WIKA) sempat menyandang peringkat idSD (selective default), kini bertengger di level idBBB-. Itu setelah restrukturisasi perseroan mencapai kesepakatan dengan kreditur. ”Rating surat utang dan korporasi Wijaya Karya kembali kami katrol,” tutur Yogie Surya Perdana, Kepala Divisi Pemeringkatan Non-Jasa Keuangan 2 Pefindo.
Selanjutnya, Waskita Karya (WSKT) betah menyandang status dengan level idSD, Adhi Karya (ADHI) idA-, dan PP Properti (PPRO) dengan peringkat idA. Sesuai arahan Kementerian BUMN, BUMN Karya kembali fokus pada core competence masing-masing. Dengan begitu, skema pembayaran menjadi lebih normal, dan wajar.
Baca juga: Kuartal I-2024, Pefindo Terima Mandat Obligasi Korporasi Rp53 Triliun
Langkah itu, dapat menjadi katalis positif bagi industri konstruksi nasional. Klaster kesehatan menjadi kelompok BUMN juga berkinerja kurang baik. Itu menyusul performa keuangan Kimia Farma (KAEF), dan Indofarma (INAF) memburuk. Pada kuartal I 2024, Kimia Farma mencatat kerugian bersih Rp102,73 miliar.
Sedang Indofarma sepanjang 2023 tekor Rp720,99 miliar. Kinerja negatif itu, membuat outlook Biofarma, holding BUMN kesehatan menjadi negatif, meski dengan peringkat idAA. ”Menilik kinerja keuangan kedua anak usaha itu, berdampak negatif terhadap Biofarma sebagai holding. Pasalnya, secara kacamata kredit rating itu negatif,” ucap Yogie.
Namun, tidak semua BUMN berkinerja buruk. Peringkat PT Angkasa Pura I melejit menjadi idAAA dari idAA+. Lalu, Perum Pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas) mendapat revisi outlook dari negatif menjadi stabil dengan peringkat idBBB-. Kemudian, Industri Kereta Api (INKA) naik menjadi idA dari idBBB+. (abg)