indoposnews.co.id – Staf khusus Menteri Negara BUMN Arya Mahendra Sinulingga, menilai right issue PT Bank Tabungan Negara (BBTN) akan sangat berbeda. ”Right issue itu, tergolong langka karena Bank BTN terakhir melakukan aksi korporasi serupa pada 2012 lalu. Dan, Bank BTN merupakan institusi perbankan dengan fokus bisnis spesifik karena menjalankan penugasan negara,” tutur Arya.
Selain itu, ada tiga fakta menarik lain mesti dicermati investor mengenai right issue. Fakta pertama, efek dilusi. Keputusan Kementerian BUMN mengizinkan Bank BTN right issue bentuk apresiasi pemegang saham pengendali terhadap investor publik untuk meningkatkan atau mempertahankan porsi kepemilikan di Bank BTN. ”Jika opsinya private placement, investor publik justru kehilangan haknya untuk mempertahankan prosentase kepemilikan. Kami tidak memilih opsi ini sebagai bentuk terima kasih atas dukungan investor publik selama ini,” urai Arya.
Baca juga: Butuh Dana, Bank Nobu Milik Lippo Group Jajakan Right Issue 681,81 Juta Lembar
Mengacu ke prospektus awal, investor tidak melaksanakan haknya dalam right issue akan terkena efek dilusi. ”Jadi, akan rugi kalau investor tidak eksekusi right,” tegas Arya. Mengapa investor rugi kalau tidak mengeksekusi? Ini berkenaan dengan fakta kedua. ”Bank BTN itu sahamnya murah, tapi tidak murahan. Kinerja keuangannya bagus dan terus bertumbuh,” ungkap Arya. Yang terjadi saat ini, saham Bank BTN undervalued dan sama sekali tidak mencerminkan fundamental kinerja. Intinya, performa harga saham belum sejalan dengan kinerja keuangan.
”PBV Bank Himbara lain sudah di atas 2x, Bank BTN baru 0,76x. Hanya soal waktu, PBV Bank BTN akan sejajar dengan para sejawatnya, apalagi perolehan laba bersih terus meningkat dari waktu ke waktu, dan fokus perusahaan di KPR bersubsidi,” beber Arya.
Baca juga: Kasus Jiwasraya, Kejagung Sita 23,84 Miliar Saham Milik Benny Tjokrosaputro
Fakta ketiga prospek bisnis Bank BTN. Arya menjelaskan, banyak yang mengkhawatirkan kredit properti akan melambat imbas kenaikan inflasi dan suku bunga tinggi. ”Soal inflasi dan suku bunga, memang demikian faktanya. Tapi dampak ke setiap bank, belum tentu sama apalagi urusan kredit perumahan. Tidak bisa digeneralisasi karena kondisi masing-masing bank sangat berbeda,” jelasnya.
Contohnya produk KPR. Arya optimistis permintaan KPR BTN akan tetap tumbuh karena target pasarnya pemilik rumah pertama, dan untuk ditinggali. Mereka bukan tipe konsumen membeli rumah untuk investasi ataupun spekulasi. Jumlah calon pemilik rumah pertama itu berlimpah karena angka backlog masih sangat tinggi. Di mana, sebagian besar golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). ”Bank BTN merupakan tulang punggung pemerintah dalam menyalurkan kredit bersubsidi ke segmen MBR,” ucapnya.
Baca juga: Penjualan Alat Berat Melejit, Laba Bersih Kobexindo Tembus USD6,36 Juta
Berdasar tiga faktor itu, wajar jika banyak sekuritas merekomendasikan buy saham Bank BTN. Salah satunya RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham Bank BTN dengan target harga Rp2.450 per lembar. Target itu, merefleksikan kian pesatnya peningkatan laba bersih perseroan setelah right issue, dan penjualan aset tuntas tahun ini.
Analis RHB Sekuritas Indonesia Ryan Santoso dan Andrey Wijaya mengatakan, masuknya dana segar baru dari pelaksanaan right issue bakal mengerek capital adequacy ratio (CAR) BTN menjadi sekitar 19-20 persen, dibanding catatan September 2022 sebesar 17,3 persen. ”Kami memperkirakan masuknya dana segara baru tersebut akan memperkuat kemampuan perseroan untuk mendongkrak pertumbuhan kredit ke depan. Apalagi pemerintah merencanakan peningkatan pemberian subsidi pembelian rumah bagi 200 ribu unit tahun 2023, dibandingkan target tahun 2022 sekitar 168 ribu,” terang RHB Sekuritas dalam risetnya.
Baca juga: BTN Bidik Potensi KPR Subsidi 200 Ribu Mitra Gojek
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi menilai saat ini harga saham Bank BTN berada di level Rp1.530 jauh di bawah nilai fundamentalnya. ”Saham Bank BTN merupakan saham bagus tetapi salah harga,” katanya.
Menurut dia, label ‘salah harga’ itu mengacu kepada kinerja Bank BTN terus melesat dengan sejumlah indikator keuangan terus membaik. Bank BTN membukukan peningkatan laba bersih 50,1 persen dari Rp1,51 triliun hingga kuartal III-2021 menjadi Rp2,27 triliun sampai September 2022. Begitu juga dengan PPOP melesat dari Rp4,1 triliun menjadi Rp5,54 triliun. Pendapatan bunga bersih meningkat 31,8 persen dari Rp8,75 triliun menjadi Rp11,54 triliun.
Baca juga: Kapok Merugi! Bintraco Dharma Berbalik Cetak Laba Rp112,49 Miliar
”Beberapa pekerjaan rumah Bank BTN sudah berhasil diatasi dengan baik. Misalnya, rasio likuiditas (LDR), pembiayaan bermasalah (NPL), dan peningkatan porsi dana murah (CASA) sehingga mampu menekan cost of fund. Dengan fundamental kokoh, dan indikator membaik, kami tetapkan target price Rp2.200,” pungkasnya. (abg)